Apakah jika
kita memakan daging merah berarti
kita akan meningkatkan
risiko kita untuk dapat mengalami kematian dini akibat dari terserang penyakit jantung atau terkena kanker ?. Sampai saat
ini hal tersebut masih terus merupakan hal-hal yang sering dipertanyakan serta
diperdebatkan oleh para akhli.
Dalam kaitannya dengan hal ini, WebMD telah meminta para yang akhli dibidangnya untuk dapat memberi
penjelasan mengenai apa saja sebenarnya penyakit yang dapat ditimbulkan pada
pengonsumsinya serta manfaat yang akan kita peroleh bagi kesehatan jika kita
mengonsumsinya serta sejauh mana peran penting yang dimilikinya hingga sering dipergunakan
didalam suatu diet.
Dan inilah jawaban
yang diberikan oleh mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
WebMD tersebut :
Apakah benar
memakan daging merah dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker atau penyakit jantung?
Dalam hal resiko untuk terkena
penyakit jantung, jawabannya adalah pasti, jika daging yang dikonsumsi itu merupakan
daging berlemak. Karena, sebagian besar dari daging merah bmemiliki lemak jenuh
yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL dalam darah hingga juga akan meningkatkan resiko untuk dapat terserang penyakit jantung.
Akan tetapi mengenai hal bahwa juga dapat
meningkatkan resiko untuk terkena kanker, belum ditemukan suatu jawaban yang pasti.
Dan beberapa peneliti justru mengatakan bahwa hal ini baru bisa diperkirakan mengenai
kemungkinan untuk dapat terjadinya, terutama didalam masalah kanker kolorektal.
Dan didalam sebuah penelitian yang belum
lama ini telah dilakukan oleh pihak National Institutes of Health-AARP yang telah melibatkan lebih dari setengah juta manula, telah
berhasil untuk menyimpulkan
bahwa pada mereka yang memiliki kebiasaan mengonsumsi lebih banyak
daging serta daging olahan didalam kurun waktu 10 tahun,
keadaan mereka ternyata telah menunjukan adanya tanda-tanda yang memungkinkan
mereka untuk mengalami kematian dini dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsinya tidak terlalu banyak.
Serta mereka yang terbiasa untuk mengonsumsinya hingga mencapai sekitar 4 ons didalam satu hari,ternyata rata-rata mereka telah lebih memiliki
kecenderungan untuk dapat mengalami kematian dini sebagai akibat dari mengalami penyakit kanker atau penyakit jantung, jika dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsinya hanya terbatas pada sekitar setengah ons saja didalam satu hari.
Sedangkan didalam suatu penelitian serupa
yang telah melibatkan lebih dari 72.000 relawan
wanita dalam kurun
waktu 18 tahun, ternyata sebagai
hasilnya mereka menemukan kenyataan
bahwa pada mereka yang memiliki pola makan bergaya barat yang dalam setiap makanannya
banyak terdapat daging atau daging olahan, mereka rata-rata ternyata telah
mulai menunjukan bahwa didalam tubuhnya telah terjadi suatu peningkatan keadaan
untuk terjadinya resiko mereka
dapat terserang oleh penyakit
jantung, kanker, serta penyakit-penyakit penyebab kematian lainnya.
Marji McCullough, PhD seorang ahli epidemiologi gizi pada The American Cancer Society, mengatakan
bahwa hubungan ada antara mengonsumsi daging serta daging olahan terhadap timbulnya serangan penyakit kanker terutama serangan kanker kolorektal, ternyata sudah sangat konsisten.
Dan didalam sebuah panel diskusi para ahli yang diselenggarakan The World
Cancer Research Fund and the American Institute for Cancer Research pada tahun
2007, para akhli telah berhasil menyimpulkan bahwa daging merah atau daging olahan merupakan sumber yang sangat meyakinkan atau memungkinkan bagi timbulnya beberapa jenis penyakit kanker, karena didalam laporan mereka justru
telah dilaporkan mengenai adanya bukti- bukti meyakinkan tentang adanya hubungan keterkaitan antara mengonsumsi daging serta daging olahan dengan terjadinya kanker kolorektal. Akan tetapi, hal inipun masih secara
terbatas dan masih bersifat sugestif terutama
mengenai adanya keterkaitan dengan timbulnya kanker-kanker lain, seperti halnya
dengan kanker paru-paru,
lambung, esofagus,
pankreas, serta endometrium.
Rashmi Sinha,
PhD, dari The National Cancer Institute Study mengatakan
bahwa sebagian besar dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata telah
banyak juga yang menunjukkan adanya
keterkaitan antara mengonsumsi daging dengan timbulnya berbagai penyakit kronis lainnya.
Jika memakan daging
tidak akan meningkatkan
risiko untuk
dapat terkena penyakit kanker, lalu
apa yang
telah menjadi penyebabnya?
Didalam hal ini, masalahnya belum benar-benar jelas, akan tetapi ada beberapa kemungkinan penyebabnya yang tengah
diteliti oleh para pakar tersebut. Diantaranya,
1.
Lemak jenuh, yang telah terbukti bahwa sangat erat kaitannya
dengan timbulnya kanker usus besar, payudara dan penyakit jantung.
2.
Karsinogen yang akan terbentuk pada saat daging dimasak.
3. Zat besi heme, yaitu suatu tipe zat besi yang terdapat pada daging, yang akan menghasilkan suatu senyawa yang merusak sel, hingga
menimbulkan adanya kanker
Apakah dengan mengonsumsi daging kita akan mendapatkan manfaat yang khusus ?
Daging memiliki
kandungan zat besi
yang tinggi, sesuatu yang kekurangannya
sering dialami oleh sebagian besar remaja putri serta kaum wanita yang sedang mengandung. Sedangkan
zat besi heme yang terdapat
didalam daging merupakan
zat besi yang mudah diserap
oleh tubuh. Selain hal tersebut, daging juga merupakan pemasok utama vitamin B12, yang dibutuhkan oleh DNA dan mampu membuat sel-sel darah merah dan
sel-sel syaraf menjadi sehat.
Selain itu, daging juga memiliki kandungan seng yang dibutuhkan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh agar
dapat bekerja dengan baik.
Daging memiliki
kandungan protein, yang sangat
bermanfaat bagi proses pembentukan tulang serta otot. Dan Menurut Shalene McNeil, PhD,
executive director pada pusat penelitian gizi pada The National Cattlemen’s
Beef Association, satu porsi daging sapi tanpa lemak walau hanya memiliki
kandungan 180 kalori saja, akan tetapi selain itu didalamnya juga terkandung 10
nutrisi lain yang penting artinya bagi kesehatan.
Apakah daging babi juga tergolong pada kelompok daging merah atau putih?
Menurut The U.S. Department of Agriculture,
jumlah mioglobin
yaitu suatu protein yang
terdapat didalam daging
yang memiliki fungsi untuk mengikat oksigen didalam ototlah yang menentukan istilah warna daging. Karena itu, daging babi masih dianggap sebagai daging merah juga,
karena kandungan mioglobin yang dimilikinya lebih banyak dari yang terdapat pada
daging ayam atau ikan.
Berapa banyak daging merah yang sebaiknya kita konsumsi?
Didalam hal ini, sebagian besar dari para akhli gizi menyarankan agar bagi yang
berniat untuk mengonsumsinya untuk memfokuskan perhatian pada ukuran porsinya yang masuk akal serta agar daging yang dikonsumsinya
merupakan daging yang bebas lemak.
Alice Lichtenstein, DSc, professor of nutrition dari The
Human Nutrition Research Center on Aging pada Tufts University, menganjurkan
agar kita coba untuk menanyakan pada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut ini
·
Apakah kalori yang
kita peroleh dari daging yang kita makan jumlahnya telah jauh lebih tinggi dari
kalori yang kita bakar ?
· Apakah disamping
kita mengonsumsi daging pada saat kita makan juga mengonsumsi buah-buahan,
sayur-sayuran serta biji-bijian?
Sedangkan menurut Christine
Rosenbloom, PhD, RD, seorang professor dibidang nutrisi pada Georgia State
University, sebenarnya kita tidak perlu harus sampai berpantang daging. Tetapi,
kita harus memilih daging
yang akan kita konsumsi dan membatasi porsi daging yang akan kita makannya.
Dalam hal ini, panduan dari pemerintah Amerika Serikat dalam MyPyramid menyarankan untuk hanya
mengonsumsi 5 sampai 6,5 ons protein yang
berasal dari berbagai
sumber, seperti halnya daging tanpa
lemak, kacang-kacangan, serta seafood dalam satu hari.
Sedangkan
The American Institute for Cancer Research, yang merupakan sebuah organisasi nirlaba yang berfokuskan pada usaha pencegahan kanker melalui cara melakukan diet dan
aktivitas fisik, menganjurkan
agar kita tidak mengonsumsi lebih dari 18 ons daging
dalam seminggu. Dan
kelompok ini menganjurkan untuk menghindari mengonsumsi segala
bentuk daging olahan, seperti halnya dengan sosis, berdasarkan
pada suatu hasil penelitian yang telah menunjukan adanya peningkatan resiko
untuk terkena kanker kolon pada mereka yang banyak mengonsumsinya.
Apa yang diistilahkan
sebagai bagian daging tidak berlemak ?
Untuk
memperoleh bagian daging yang terbaik carilah daging yang nama belakangnya
mempergunakan akhiran "loin", seperti halnya
dengan sirloin tip steak,
top sirloin, pork tenderloin, lamb loin chops dan sebagainya.
Apa kriteria dari daging yang dianggap sebagai tanpa atau hanya menhgandung sedikit lemak ?
Daging dapat diistilahkan sebagai
daging yang tanpa lemak jika didalam 3 ons daging tersebut hanya memiliki
kandungan 10 gram lemak total, 4,5 gram atau
kurang lemak jenuh, serta kurang dari 95 miligram kolesterol.
Daging
yang sering diistilahkan sebagai daging
"prime" di
super market, merupakan daging yang dianggap sebagai daging kelas atas. Akan
tetapi, daging ini memiliki kadar lemak yang sangat tinggi.
Manakah yang lebih
sedikit kandungan lemaknya diantara sapi pemakan rumput dan sapi pemakan
biji-bijian ?
Daging
dari sapi yang makanannya rumput-rumputan, memiliki kandungan lemak baik lemak
jenuh maupun lemak total yang jauh lebih rendah daripada yang diberi makan padi-padian. Selain
hal tersebut, daging dari sapi pemakan rumput-rumputan memiliki kandungan omega-3 serta
asam lemak yang lebih banyak. Walau demikian, jumlah total omega-3 yang terdapat pada
daging dari kedua jenis daging sapi tersebut masih sangat relatif kecil.
Dan menurut Shalene McNeil dari The National Cattlemen’s Beef
Association, sumber yang lebih baik dari dari omega-3 adalah ikan, minyak sayur, kacang-kacangan, serta biji-bijian.
Benarkah daging yang dipanggang akan dapat menyebabkan kanker ?
Suhu tinggi yang dipergunakan
saat memasak setiap bagian otot dari daging, baik
otot pada daging merah, unggas, maupun ikan, akan dapat menghasilkan adanya
senyawa yang mampu meningkatkan resiko untuk
terkena kanker, yaitu Heterocyclic Amines (HCAs) dan Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs).
Bagaimana cara mengurangi terjadinya pembentukan senyawa yang dapat menyebabkan kanker tersebut pada saat kita melakukan pemanggangan ?
Untuk
hal tersebut, dibawah ini ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk
dapat mencegah atau sedikitnya dapat meminimalisir terbentuknya senyawa-senyawa
membahayakan tersebut.
· Pilih potongan daging
tanpa lemak untuk mengurangi terbentuknya asap tebal yang akan membentuk
senyawa karsinogen pada daging yang sedang kita panggang tersebut.
·
Jika memasak
atau memanggang, gunakanlah
api dengan panas
yang sedang atau
dengan mempergunakan sumber panas yang tidak langsung, dan sama sekali usahakan agar jangan
sampai mempergunakan sumber panas yang menghasilkan panas tinggi, dan hindari menjadikan masakan tersebut menjadi terlalu
mendidih atau gosong.
· Jangan sampai
memasak daging terlalu lama. Karena
memasak daging terlalu lama akan menyebabkan daging tersebut menjadi mengandung
lebih banyak lagi senyawa-senyawa penyebab kanker tersebut. Walaupun demikian,
masaklah daging dengan suhu yang cukup memadai untuk dapat membunuh bakteri yang mungkin terdapat didalamnya.
·
Dengan penambahan garam dan
bumbu-bumbu, akan dapat mengurangi jumlah HCA yang akan terbentuk. Usahakan untuk
jangan sampai menambahkan gula pada daging yang akan dipanggang, karena hal
tersebut akan membuat bagian luar dari daging tersebut mudah menjadi gosong.
·
Bolak balik daging sesering mungkin
untuk mencegah ada tetesan dari daging yang akan menghasilkan adanya asap.
·
Jangan sampai
memanggang daging sekaligus banyak.
·
Hilangkan terlebih dahulu lemak yang
terdapat pada daging sebelum dipanggang, dan buang bagian yang hangus sebelum
dimakan.
·
Sebelum melakukan pemanggangan daging atau ikan ada baiknya agar sebelum
dipanggang dimasak terlebih dahulu dalam oven atau microwave.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar