KOTAK PENCARIAN GOOGLE


Minggu, 07 November 2010

MANFAAT MENGAMPUNI BAGI KESEHATAN

/*

Ini memang suatu hal yang tidak mudah untuk dilakukannya, tetapi menjadi seorang pemaaf serta memiliki kemauan untuk mau 'melupakan' masalah, ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan.

Banyak orang menganggap bahwa mengampuni adalah bagian dari cinta yang merupakan hadiah yang secara gratis diberikan kepada mereka yang pernah atau telah menyakiti kita.
Menurut penelitian terbaru, sikap mengampuni ternyata memberikan manfaat yang sangat besar pada pihak pemberinya. Karena, ternyata jika kita mau serta mampu untuk mengendalikan diri agar menjadi seorang pemaaf yang mau melupakan apa yang telah jadi permasalahannya, maka kita akan dapat menikmati hasilnya yang berupa penurunan tekanan darah, peningkatan sistim kekebalan tubuh, serta penurunan kadar hormon stres yang terdapat didalam darah kita.
Selain itu, didalam penelitian ternyata terbukti bahwa keluhan-keluhan rasa sakit pada punggung, masalah perut, serta rasa sakit pada kepala dapat menjadi hilang. Dan mengurangi adanya reaksi-reaksi negatif seperti halnya dengan kemarahan, kegetiran, kebencian, depresi, dan emosi-emosi negatif lainnya yang selalu menyertai kegagalan kita dalam memaafkan.
Tentu saja, memaafkan ini sangat sulit untuk dilakukankarena walaupun memaafkan adalah suatu ide yang memang indah untuk dilakukan, didalam pelaksanaannya sangat sulit untuk diwujudkan.
Selain hal tersebut, juga untuk dapat melupakan apa yang menjadi masalahnya, juga merupakan sesuatu yang sulit atau tidak mudah untuk dilakukannya.
Menurut Charlotte van Oyen Witvliet, PhD, seorang profesor dibidang psikologi dari Hope College, walau kita mudah untuk mengatakan “maafkan dan lupakan saja”, didalam kenyataan “melupakan” merupakan sesuatu yang sulit untuk kita wujudkan.
Dan memaafkan juga secara harfiah tidak memiliki arti bahwa juga melupakan. Akan tetapi, suatu pengampunan seharusnya merupakan sesuatu yang dilakukan berdasarkan pemikiran yang bijaksana dan mulia. Saat kita memberikan pengampunan kepada seseorang, kita pasti hal itu dilakukan atas dasar sesuatu yang telah menyinggung perasaan atau harga diri kita, tetapi, kita tidak menjadi marah, memaki-maki atau menghinanya.
Memaafkan serta Melupakannya mampu menghilangkan stres
Dalam studi yang dilakukan pada tahun 2001, ia memantau respon fisiologis dari 71 mahasiswanya pada saat mereka baik sedang merenungkan ketidakadilan yang pernah mereka rasakan atau sedang membayangkan diri mereka memaafkan yang melukai hati mereka..
Ternyata ketika mereka sedang merenungkan masalah ketidak adilan yang pernah dialami oleh mereka, ternyata tekanan darah mereka otomatis naik, serta detak jantungnya pun meningkat.
Selain itu, otot alisnya menjadi tegang dan perasaan negatifnya semakin meningkat. Akan tetapi sebaliknya disaat mereka sedang mencoba memaafkan, perasaan merekapun menjadi tenang serta keadaan fisiknya seperti halnya keadaan tekanan darah, detak jantung dan yang lainnya tetap normal.
Akan tetapi bagaimana caranya untuk menumbuhkan sifat mengampuni pada diri kita ?
Frederic Luskin, PhD, direktur dari Stanford University Bidang Proyek Pengampunan, mengakui bahwa pengampunan, seperti halnya dengan cinta, tidak dapat dipaksakan.
Menurut Luskin, yang juga penulis dari buku Forgive For Good: A Proven Prescription for Health and Happiness. Memaafkan bukanlah hanya sekedar sesuatu yang cukup kita inginkan saja, akan tetapi kitapun harus berusaha menciptakan kondisi pengampunan menjadi kenyataan.
Untuk hal tersebut, latihan-latihan tertentu yang dilakukan untuk dapat mengurangi perrmusuhan, menyayangi diri sendiri, meningkatkan emosi positif, serta memiliki ketulusan perlu dlakukan.
Bagaimana Cara Membangkitkan Kemampuan Mengampuni
Luskin menyarankan pada kita untuk mau berlatih “mensyukuri”, sebagai upaya yang aktif didalam mengakui setiap apa yang kita rasakan sebagai baik didalam hidup kita. Karena, dalam bersyukur kita hanya memfokuskan perhatian pada hal positif yang kita alami hingga proses bio-kimia yang terjadi membuat suatu situasi yang lebih memungkinkan untuk kita memberi pengampunan.
Mengelola stres, baik melalui jalan meditasi, melakukan pernapasan dalam, atau berlatih relaksasi akan membantu kita meredam kemarahan dan menghilangkan kebencian, hingga mampu membentuk pribadi kita menjadi seorang yang mampu menerima kenyataan hidup dengan tenang.
Dan Luskin menghimbau agar kita lebih mau menjadi seorang yang mengharapkan akan mengalami masa depan yang lebih baik daripada menjadi seorang yang dipenuhi dengan keluh kesah.
Dua Tipe Pengampunan
Everett L. Worthington Jr, PhD, seorang profesor dibidang psikologi dari Virginia Commonwealth University serta penulis dari Forgiveness and Reconciliation: Theory and Applications telah membagi pengampunan menjadi dua jenis.yaitu pengampunan decisional yang melibatkan memilih melepaskan pikiran marah tentang orang yang bersalah pada kita tapi tetap tidak membencinya, dan pengampunan emosional dimana emosi negatif seperti halnya dengan kebencian, kepahitan, permusuhan, kemarahan serta ketakutan digantikan dengan cinta, kasih sayang, simpati dan empati
Menurutnya, pengampunan emosional adalah tindakan yang menyehatkan, sedangkan emosi tidak memaafkan menyebabkan timbulnya stress yang kronis, karena terobsesi oleh kesalahan orang lain kepada kita. Padahal, gejolak perasaan yang ditimbulkannya akan membuat kita menjadi bermasalah. Sedangkan gejolak perasaan bagian dari keadaan kesehatan mental yang buruk yang ada kaitannya dengan gangguanobsesif-kompulsif, kecemasan, depresi dan bahkan mungkin sampai timbulnya rasa gatal-gatal juga.
Menggapai Pengampunan
Untuk membantu orang mencapai pengampunan emosional, Worthington telah menyusun program 5-langkah yang diistilahkan dengan REACH (Recall, Empathize, Alturistic, Commit, Hold on) seperti yang dilampirkan dan diambil dari Kompas.Com dibawah ini.
Karena hal ini bukan hanya merupakan suatu teori yang asal dikemukakannya saja oleh Worthington, tetapi berdasar pada pengalaman pribadinya yang pernah menghadapi kenyataan bahwa ibunya 1995 telah dibunuh oleh seseorang dengan linggis, namun dengan menerapkan lima langkah REACH tersebut ia berhasil untuk memaafkan dan berdamai dengan pelakunya hanya dalam 30 jam saja.
Disarikan dan dialihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Valeo Tom didalam WebMD Feature yang bersumber dari Charlotte vanOyen Witvliet, PhD, profesor psikologi, Hope College, Belanda, Mich Frederic Luskin, PhD, Direktur, Proyek Pengampunan Universitas Stanford. Everett L. Worthington Jr, PhD, profesor psikologi, Virginia Commonwealth University dan dikaji ulang oleh Cynthia Dennison Haines, MD

LIMA LANGKAH MEMBERI MAAF

KOMPAS.com — Kemarahan, kekecewaan, kekesalan, dendam kesumat, dan berbagai hal yang menimbulkan emosi negatif tak hanya akan merusak psikologis, tapi juga kesehatan fisik kita. Rentetan gangguan itu bisa mengenai semua organ di dalam tubuh dan jadilah berbagai penyakit.
Obat untuk itu sebetulnya sangat murah dan mudah, yakni memaafkan secara tulus.
Bila Anda masih merasa kesulitan untuk memberi maaf, maka ada baiknya mengikuti petunjuk berikut ini. Untuk membantu orang agar bisa memberi maaf secara tulus, Everett L Worthington Jr, PhD, profesor psikologi di Virginia Commonwealth University, menyiapkan program dalam lima langkah, seperti berikut ini:
Ingatlah perasaan sakit hati atau luka batin yang Anda alami secara obyektif tanpa menyalahkan serta mengorbankan diri.
Cobalah berempati dengan orang yang menyakiti perasaan Anda. Renungkan mengapa ia melakukan hal itu, apa yang dirasakan oleh orang itu sehingga perbuatannya menimbulkan sakit hati.
Bayangkan semua masalah dilihat dari sudut pandangnya. Cara ini akan mempermudah kita memahami mengapa ia sampai menyakiti hati orang lain.
Bagian dari kita yang mengutamakan kepentingan orang lain (altruistis) akan berpikir bahwa kita telah dimaafkan dan bagaimana rasanya memaafkan.
Ketika tiba saatnya untuk berkomitmen memberi maaf, orang biasanya mengucapkan "Belum", tetapi ketika akhirnya mereka melakukannya, mereka harus senantiasa berpegang pada pemaafan.


Sumber asli :Tabloid Gaya Hidup Sehat


Ini memang suatu hal yang tidak mudah untuk dilakukannya, tetapi menjadi seorang pemaaf serta memiliki kemauan untuk mau 'melupakan' masalah, ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan.

Banyak orang menganggap bahwa mengampuni adalah bagian dari cinta yang merupakan hadiah yang secara gratis diberikan kepada mereka yang pernah atau telah menyakiti kita.
Menurut penelitian terbaru, sikap mengampuni ternyata memberikan manfaat yang sangat besar pada pihak pemberinya. Karena, ternyata jika kita mau serta mampu untuk mengendalikan diri agar menjadi seorang pemaaf yang mau melupakan apa yang telah jadi permasalahannya, maka kita akan dapat menikmati hasilnya yang berupa penurunan tekanan darah, peningkatan sistim kekebalan tubuh, serta penurunan kadar hormon stres yang terdapat didalam darah kita.
Selain itu, didalam penelitian ternyata terbukti bahwa keluhan-keluhan rasa sakit pada punggung, masalah perut, serta rasa sakit pada kepala dapat menjadi hilang. Dan mengurangi adanya reaksi-reaksi negatif seperti halnya dengan kemarahan, kegetiran, kebencian, depresi, dan emosi-emosi negatif lainnya yang selalu menyertai kegagalan kita dalam memaafkan.
Tentu saja, memaafkan ini sangat sulit untuk dilakukankarena walaupun memaafkan adalah suatu ide yang memang indah untuk dilakukan, didalam pelaksanaannya sangat sulit untuk diwujudkan.
Selain hal tersebut, juga untuk dapat melupakan apa yang menjadi masalahnya, juga merupakan sesuatu yang sulit atau tidak mudah untuk dilakukannya.
Menurut Charlotte van Oyen Witvliet, PhD, seorang profesor dibidang psikologi dari Hope College, walau kita mudah untuk mengatakan “maafkan dan lupakan saja”, didalam kenyataan “melupakan” merupakan sesuatu yang sulit untuk kita wujudkan.
Dan memaafkan juga secara harfiah tidak memiliki arti bahwa juga melupakan. Akan tetapi, suatu pengampunan seharusnya merupakan sesuatu yang dilakukan berdasarkan pemikiran yang bijaksana dan mulia. Saat kita memberikan pengampunan kepada seseorang, kita pasti hal itu dilakukan atas dasar sesuatu yang telah menyinggung perasaan atau harga diri kita, tetapi, kita tidak menjadi marah, memaki-maki atau menghinanya.
Memaafkan serta Melupakannya mampu menghilangkan stres
Dalam studi yang dilakukan pada tahun 2001, ia memantau respon fisiologis dari 71 mahasiswanya pada saat mereka baik sedang merenungkan ketidakadilan yang pernah mereka rasakan atau sedang membayangkan diri mereka memaafkan yang melukai hati mereka..
Ternyata ketika mereka sedang merenungkan masalah ketidak adilan yang pernah dialami oleh mereka, ternyata tekanan darah mereka otomatis naik, serta detak jantungnya pun meningkat.
Selain itu, otot alisnya menjadi tegang dan perasaan negatifnya semakin meningkat. Akan tetapi sebaliknya disaat mereka sedang mencoba memaafkan, perasaan merekapun menjadi tenang serta keadaan fisiknya seperti halnya keadaan tekanan darah, detak jantung dan yang lainnya tetap normal.
Akan tetapi bagaimana caranya untuk menumbuhkan sifat mengampuni pada diri kita ?
Frederic Luskin, PhD, direktur dari Stanford University Bidang Proyek Pengampunan, mengakui bahwa pengampunan, seperti halnya dengan cinta, tidak dapat dipaksakan.
Menurut Luskin, yang juga penulis dari buku Forgive For Good: A Proven Prescription for Health and Happiness. Memaafkan bukanlah hanya sekedar sesuatu yang cukup kita inginkan saja, akan tetapi kitapun harus berusaha menciptakan kondisi pengampunan menjadi kenyataan.
Untuk hal tersebut, latihan-latihan tertentu yang dilakukan untuk dapat mengurangi perrmusuhan, menyayangi diri sendiri, meningkatkan emosi positif, serta memiliki ketulusan perlu dlakukan.
Bagaimana Cara Membangkitkan Kemampuan Mengampuni
Luskin menyarankan pada kita untuk mau berlatih “mensyukuri”, sebagai upaya yang aktif didalam mengakui setiap apa yang kita rasakan sebagai baik didalam hidup kita. Karena, dalam bersyukur kita hanya memfokuskan perhatian pada hal positif yang kita alami hingga proses bio-kimia yang terjadi membuat suatu situasi yang lebih memungkinkan untuk kita memberi pengampunan.
Mengelola stres, baik melalui jalan meditasi, melakukan pernapasan dalam, atau berlatih relaksasi akan membantu kita meredam kemarahan dan menghilangkan kebencian, hingga mampu membentuk pribadi kita menjadi seorang yang mampu menerima kenyataan hidup dengan tenang.
Dan Luskin menghimbau agar kita lebih mau menjadi seorang yang mengharapkan akan mengalami masa depan yang lebih baik daripada menjadi seorang yang dipenuhi dengan keluh kesah.
Dua Tipe Pengampunan
Everett L. Worthington Jr, PhD, seorang profesor dibidang psikologi dari Virginia Commonwealth University serta penulis dari Forgiveness and Reconciliation: Theory and Applications telah membagi pengampunan menjadi dua jenis.yaitu pengampunan decisional yang melibatkan memilih melepaskan pikiran marah tentang orang yang bersalah pada kita tapi tetap tidak membencinya, dan pengampunan emosional dimana emosi negatif seperti halnya dengan kebencian, kepahitan, permusuhan, kemarahan serta ketakutan digantikan dengan cinta, kasih sayang, simpati dan empati
Menurutnya, pengampunan emosional adalah tindakan yang menyehatkan, sedangkan emosi tidak memaafkan menyebabkan timbulnya stress yang kronis, karena terobsesi oleh kesalahan orang lain kepada kita. Padahal, gejolak perasaan yang ditimbulkannya akan membuat kita menjadi bermasalah. Sedangkan gejolak perasaan bagian dari keadaan kesehatan mental yang buruk yang ada kaitannya dengan gangguanobsesif-kompulsif, kecemasan, depresi dan bahkan mungkin sampai timbulnya rasa gatal-gatal juga.
Menggapai Pengampunan
Untuk membantu orang mencapai pengampunan emosional, Worthington telah menyusun program 5-langkah yang diistilahkan dengan REACH (Recall, Empathize, Alturistic, Commit, Hold on) seperti yang dilampirkan dan diambil dari Kompas.Com dibawah ini.
Karena hal ini bukan hanya merupakan suatu teori yang asal dikemukakannya saja oleh Worthington, tetapi berdasar pada pengalaman pribadinya yang pernah menghadapi kenyataan bahwa ibunya 1995 telah dibunuh oleh seseorang dengan linggis, namun dengan menerapkan lima langkah REACH tersebut ia berhasil untuk memaafkan dan berdamai dengan pelakunya hanya dalam 30 jam saja.
Disarikan dan dialihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Valeo Tom didalam WebMD Feature yang bersumber dari Charlotte vanOyen Witvliet, PhD, profesor psikologi, Hope College, Belanda, Mich Frederic Luskin, PhD, Direktur, Proyek Pengampunan Universitas Stanford. Everett L. Worthington Jr, PhD, profesor psikologi, Virginia Commonwealth University dan dikaji ulang oleh Cynthia Dennison Haines, MD

LIMA LANGKAH MEMBERI MAAF

KOMPAS.com — Kemarahan, kekecewaan, kekesalan, dendam kesumat, dan berbagai hal yang menimbulkan emosi negatif tak hanya akan merusak psikologis, tapi juga kesehatan fisik kita. Rentetan gangguan itu bisa mengenai semua organ di dalam tubuh dan jadilah berbagai penyakit.
Obat untuk itu sebetulnya sangat murah dan mudah, yakni memaafkan secara tulus.
Bila Anda masih merasa kesulitan untuk memberi maaf, maka ada baiknya mengikuti petunjuk berikut ini. Untuk membantu orang agar bisa memberi maaf secara tulus, Everett L Worthington Jr, PhD, profesor psikologi di Virginia Commonwealth University, menyiapkan program dalam lima langkah, seperti berikut ini:
Ingatlah perasaan sakit hati atau luka batin yang Anda alami secara obyektif tanpa menyalahkan serta mengorbankan diri.
Cobalah berempati dengan orang yang menyakiti perasaan Anda. Renungkan mengapa ia melakukan hal itu, apa yang dirasakan oleh orang itu sehingga perbuatannya menimbulkan sakit hati.
Bayangkan semua masalah dilihat dari sudut pandangnya. Cara ini akan mempermudah kita memahami mengapa ia sampai menyakiti hati orang lain.
Bagian dari kita yang mengutamakan kepentingan orang lain (altruistis) akan berpikir bahwa kita telah dimaafkan dan bagaimana rasanya memaafkan.
Ketika tiba saatnya untuk berkomitmen memberi maaf, orang biasanya mengucapkan "Belum", tetapi ketika akhirnya mereka melakukannya, mereka harus senantiasa berpegang pada pemaafan.


Sumber asli :Tabloid Gaya Hidup Sehat

Tidak ada komentar:

UNTUK MENCAPAI SERTA MEMPERTAHANKAN SUATU KEPULIHAN

  1. Sadari sepenuhnya bahwa sebenarnya tubuh Anda memiliki proses-proses alami yang bila dicermati benar-benar, ternyata bahwa proses-proses tersebut memiliki kinerja yang bersifat memelihara, melindungi serta memulihkan dirinya.
  2. Sadari sepenuhnya akan ke-Maha Pengasihan Tuhan, dengan menyadari bahwa sebagai “Yang Maha Pengasih walau dengan alasan apapun pasti tidak akan membiarkan yang dikasihi oleh-Nya sampai harus mengalami penderitaan (cobalah cermati kinerja proses-proses tubuh kita tersebut, yang diciptakan-Nya sebagai bukti dari Ke Maha Pengasihan-Nya tersebut, yang menunjukan bahwa Dia tidak menginginkan sampai kita menghadapi masalah, penderitaan maupun penyakit).
  3. Sadari bahwa setiap masalah atau penyakit sebenarnya merupakan sesuatu yang terjadi jika kita salah didalam berpola pikir serta berpola makan, akibat lebih bertolok ukurkan pada upaya-upaya untuk memuaskan serta menyenangkan diri dari pada bertolok ukurkan pada pola yang dikehendaki-Nya untuk kita lakukan didalam memelihara serta menjaga keutuhan tubuh kita tersebut dengan selalu menerapkan kehendak-Nya didalam setiap gerak langkah yang kita lakukan didalam kehidupan kita sejak saat kita berpikir.
  4. Upayakan agar jangan menilai berlebihan apapun atau siapapun, tapi usahakanlah untuk dapat selalu menciptakan kehidupan yang bertolok ukurkan pada upaya-upaya untuk menciptakan kehidupan bersama yang saling mengasihi atau saling tidak menciptakan masalah satu sama lain. Jadi, hindari penerapan sikap serta prilaku tolok ukurnya berdasarkan pementingan, pemuasan, serta penyenangan diri, keluarga, golongan, agama dan lain-lainnya.
  5. Berpeganglah pada suatu prinsip bahwa apapun yang akan kita lakukan harus selain akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita, juga harus jangan sampai bisa menimbulkan masalah bagi pihak yang lain.
  6. Jangan terlalu mempermasalahkan apapun termasuk apa yang diperbuat oleh orang lain. Tetapi, ingatlah selalu bahwa demi dapat menciptakan ketentraman hidup bersama pihak lain, awalilah menciptakannya melalui pengelolaan pola berpikir serta pola bertindak diri kita sendiri.
  7. Tinggalkan pola makan serta minum yang cenderung didasari oleh keinginan untuk dapat memenuhi selera, rasa menyukai atau karena ingin mengikuti mode agar tidak disebut ketinggalan jaman saja, mengingat bermanfaat atau tidaknya yang tergantung dari dibutuhkan atau tidaknya oleh proses-proses tubuh pada saat itu.
  8. Jangan sampai berpikir tentang apa yang harus dilakukan oleh orang lain maupun diri kita sendiri agar kita mencapai kepuasan atau kesenangan. Tetapi pikirkanlah apa yang harus kita lakukan agar kita dapat hidup tentram dan damai dengan siapapun.

Sekar Kinasih Healing Therapy

Sistim pemulihan melalui pengelolaan pola berpikir dan pola makan/minum

GRATIS KONSULTASI JARAK JAUH

UNTUK INFORMASI TERAPI JARAK JAUH, SILAHKAN MENGHUBUNGI :

mindhealingtherapy@yahoo.com



,