KOTAK PENCARIAN GOOGLE


Kamis, 11 November 2010

DAMPAK KETAATAN BERIBADAH BAGI KESEHATAN

/*

Menurut Harold Koenig, MD, seorang profesor dibidang kedokteran psikiatri dari Duke University yang juga merupakan rekan dari Krucoff', doa memiliki makna besar yang tidak hanya merupakan sekedar pengulangan kata atau suara yang menghasilkan adanya tanggapan fisiologis tertentu..

Menurut Koenig yang juga merupakan penulis dari buku The Handbook of Religion and Health menyatakan bahwa tadisi yang dijalankan didalam menjalankan suatu agama ternyata memiliki dampak yang berbeda-beda bagi penganut yang satu dengan yang lainnya terhadap kesehatan mereka, yang telah dibuktikannya dalam penelitian-penelitian yang dilakukan olehnya dan telah menghasilkan 1.200 dokumen penelitian mengenai hal tersebut..
Studi ini berhasil memperlihatkan bahwa orang yang taat dalam menjalankan aturan agamanya ternyata memiliki kecenderungan untuk hidup lebih sehat, karena mereka cenderung untuk tidak merokok atau meminum minuman keras.
Selain hal tersebut, para peneliti itu juga menemukan kenyataan bahwa hampir setiap orang yang rajin berdoa cenderung jarang jatuh sakit (ditemukan para peneliti lainnya universitas Duke, Dartmouth, dan Yale).
Didalam penelitian juga didapatkan fakta bahwa para pasien rawat inap yang tidak pernah menghadiri upacara keagamaan seperti halnya dengan pergi ke gereja cenderung untuk memiliki masa tinggal di rumah sakit yang rata-rata mencapai hingga tiga kali lebih lama dari orang-orang yang hadir dalam upacara keagamaan mereka secara teratur.
Dan para pasien penderita penyakit jantung yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan agama, memiliki kecenderungan untuk lebih banyak yang meninggal pada oprasi berikutnya.
Sedangkan orang-orang tua yang tidak pernah atau jarang hadiri pada upacara-upacara keagamaan mereka, memiliki tingkat kecenderungan untuk stroke yang mencapai dua kali lipat lebih tinggi dari yang secara teratur menghadirinya.
Dan di Israel, orang-orang yang taat beragama memiliki tingkat kematian akibat jantung koroner dan kanker yang jauh lebih rendah yaitu hanya 40% dari yang tidak.
Serta menurut Koenig ternyata orang-orang yang lebih religius cenderung untuk lebih sedikit mengalami depresi, serta jika kemudian suatu saat mereka mengalaminya, mereka cenderung cepat untuk dapat pulih kembalinya.


Disarikan dan dialihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Davis Jeanie dalam WebMD Medical News yang dikaji ulang oleh Dr. Dominique Walton

Menurut Harold Koenig, MD, seorang profesor dibidang kedokteran psikiatri dari Duke University yang juga merupakan rekan dari Krucoff', doa memiliki makna besar yang tidak hanya merupakan sekedar pengulangan kata atau suara yang menghasilkan adanya tanggapan fisiologis tertentu..

Menurut Koenig yang juga merupakan penulis dari buku The Handbook of Religion and Health menyatakan bahwa tadisi yang dijalankan didalam menjalankan suatu agama ternyata memiliki dampak yang berbeda-beda bagi penganut yang satu dengan yang lainnya terhadap kesehatan mereka, yang telah dibuktikannya dalam penelitian-penelitian yang dilakukan olehnya dan telah menghasilkan 1.200 dokumen penelitian mengenai hal tersebut..
Studi ini berhasil memperlihatkan bahwa orang yang taat dalam menjalankan aturan agamanya ternyata memiliki kecenderungan untuk hidup lebih sehat, karena mereka cenderung untuk tidak merokok atau meminum minuman keras.
Selain hal tersebut, para peneliti itu juga menemukan kenyataan bahwa hampir setiap orang yang rajin berdoa cenderung jarang jatuh sakit (ditemukan para peneliti lainnya universitas Duke, Dartmouth, dan Yale).
Didalam penelitian juga didapatkan fakta bahwa para pasien rawat inap yang tidak pernah menghadiri upacara keagamaan seperti halnya dengan pergi ke gereja cenderung untuk memiliki masa tinggal di rumah sakit yang rata-rata mencapai hingga tiga kali lebih lama dari orang-orang yang hadir dalam upacara keagamaan mereka secara teratur.
Dan para pasien penderita penyakit jantung yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan agama, memiliki kecenderungan untuk lebih banyak yang meninggal pada oprasi berikutnya.
Sedangkan orang-orang tua yang tidak pernah atau jarang hadiri pada upacara-upacara keagamaan mereka, memiliki tingkat kecenderungan untuk stroke yang mencapai dua kali lipat lebih tinggi dari yang secara teratur menghadirinya.
Dan di Israel, orang-orang yang taat beragama memiliki tingkat kematian akibat jantung koroner dan kanker yang jauh lebih rendah yaitu hanya 40% dari yang tidak.
Serta menurut Koenig ternyata orang-orang yang lebih religius cenderung untuk lebih sedikit mengalami depresi, serta jika kemudian suatu saat mereka mengalaminya, mereka cenderung cepat untuk dapat pulih kembalinya.


Disarikan dan dialihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Davis Jeanie dalam WebMD Medical News yang dikaji ulang oleh Dr. Dominique Walton

Tidak ada komentar:

UNTUK MENCAPAI SERTA MEMPERTAHANKAN SUATU KEPULIHAN

  1. Sadari sepenuhnya bahwa sebenarnya tubuh Anda memiliki proses-proses alami yang bila dicermati benar-benar, ternyata bahwa proses-proses tersebut memiliki kinerja yang bersifat memelihara, melindungi serta memulihkan dirinya.
  2. Sadari sepenuhnya akan ke-Maha Pengasihan Tuhan, dengan menyadari bahwa sebagai “Yang Maha Pengasih walau dengan alasan apapun pasti tidak akan membiarkan yang dikasihi oleh-Nya sampai harus mengalami penderitaan (cobalah cermati kinerja proses-proses tubuh kita tersebut, yang diciptakan-Nya sebagai bukti dari Ke Maha Pengasihan-Nya tersebut, yang menunjukan bahwa Dia tidak menginginkan sampai kita menghadapi masalah, penderitaan maupun penyakit).
  3. Sadari bahwa setiap masalah atau penyakit sebenarnya merupakan sesuatu yang terjadi jika kita salah didalam berpola pikir serta berpola makan, akibat lebih bertolok ukurkan pada upaya-upaya untuk memuaskan serta menyenangkan diri dari pada bertolok ukurkan pada pola yang dikehendaki-Nya untuk kita lakukan didalam memelihara serta menjaga keutuhan tubuh kita tersebut dengan selalu menerapkan kehendak-Nya didalam setiap gerak langkah yang kita lakukan didalam kehidupan kita sejak saat kita berpikir.
  4. Upayakan agar jangan menilai berlebihan apapun atau siapapun, tapi usahakanlah untuk dapat selalu menciptakan kehidupan yang bertolok ukurkan pada upaya-upaya untuk menciptakan kehidupan bersama yang saling mengasihi atau saling tidak menciptakan masalah satu sama lain. Jadi, hindari penerapan sikap serta prilaku tolok ukurnya berdasarkan pementingan, pemuasan, serta penyenangan diri, keluarga, golongan, agama dan lain-lainnya.
  5. Berpeganglah pada suatu prinsip bahwa apapun yang akan kita lakukan harus selain akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita, juga harus jangan sampai bisa menimbulkan masalah bagi pihak yang lain.
  6. Jangan terlalu mempermasalahkan apapun termasuk apa yang diperbuat oleh orang lain. Tetapi, ingatlah selalu bahwa demi dapat menciptakan ketentraman hidup bersama pihak lain, awalilah menciptakannya melalui pengelolaan pola berpikir serta pola bertindak diri kita sendiri.
  7. Tinggalkan pola makan serta minum yang cenderung didasari oleh keinginan untuk dapat memenuhi selera, rasa menyukai atau karena ingin mengikuti mode agar tidak disebut ketinggalan jaman saja, mengingat bermanfaat atau tidaknya yang tergantung dari dibutuhkan atau tidaknya oleh proses-proses tubuh pada saat itu.
  8. Jangan sampai berpikir tentang apa yang harus dilakukan oleh orang lain maupun diri kita sendiri agar kita mencapai kepuasan atau kesenangan. Tetapi pikirkanlah apa yang harus kita lakukan agar kita dapat hidup tentram dan damai dengan siapapun.

Sekar Kinasih Healing Therapy

Sistim pemulihan melalui pengelolaan pola berpikir dan pola makan/minum

GRATIS KONSULTASI JARAK JAUH

UNTUK INFORMASI TERAPI JARAK JAUH, SILAHKAN MENGHUBUNGI :

mindhealingtherapy@yahoo.com



,