Selama 30 tahun terakhir, ilmuwan Harvard, Herbert Benson, MD, telah melakukan penelitian sendiri tentang doa untuk memahami pengaruh pikiran seseorang terhadap tubuhnya. Ternyata menurut hasil penelitiannya semua bentuk doa mampu membangkitkan respon relaksasi yang menghilangkan stres, menenangkan tubuh, serta meningkatkan proses penyembuhan.
Doa dengan melakukan pengulangan kata atau suara ternyata menurut hasil penelitiannya memiliki efek penyembuhan. Didalam penelitian yang mereka lakukan, doa yang dipergunakan mereka adalah melakukan meditasi untuk umat Buddha, mendaraskan rosario untuk umat Katolik, dovening untuk orang-orang Yahudi, keterpusatan untuk penganut Protestan dan lain-lain, dimana pada dasarnya hampir setiap agama memiliki cara-cara sendiri dalam melakukannya.
Benson mendocumentasikan melalui MRI brain scan perubahan fisik yang terjadi pada tubuh seseorang saat dirinya berdoa. Dan ketika dicocokan dengan penelitian yang dilakukan para peneliti lain di Universitas Pennsylvania, ternyata menghasilkan gambaran aktivitas otak yang kompleks
Karena pada saat seseorang sedang semakin dalam terpusat pada doanya, aktifitas intens pada sirkuit lobus parietal otaknya mulai terbentuk dan situasi tenang diseluruh otaknya terciptakan.
Disaat bersamaan, sirkuit lobus frontal serta temporal yang memiliki fungsi melacak waktu serta menciptakan kesadaran, menjadi terbebaskan. Hingga hubungan diantara pikiran dengan tubuh mulai terwujudkan.
Sedangkan sistem limbik yang bertanggung jawab untuk meletakkan "tag emosional" pada apa yang kita anggap khusus, juga mulai menjadi aktif. Sistem limbik yang juga merupakan pengatur relaksasi, mengendalikan sistem saraf otonom, denyut jantung, tekanan darah, metabolisme, dll., hingga tubuh menjadi lebih santai serta aktivitas fisiologis menjadi lebih merata.
Apakah semua ini berarti bahwa kita sedang terhubung dengan Yang Maha Tinggi atau bahwa kita, pada kenyataannya "terhubung” dengan pusat pengatur kehidupan yang sangat subyektif, karena bagi umat beragama adalah karunia Allah atau Tuhan, tetapi bagi yang tidak terlalu religius itu adalah kerja otak.."
Disarikan dan dialihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Davis Jeanie dalam WebMD Medical News yang dikaji ulang oleh Dr. Dominique Walton
Doa dengan melakukan pengulangan kata atau suara ternyata menurut hasil penelitiannya memiliki efek penyembuhan. Didalam penelitian yang mereka lakukan, doa yang dipergunakan mereka adalah melakukan meditasi untuk umat Buddha, mendaraskan rosario untuk umat Katolik, dovening untuk orang-orang Yahudi, keterpusatan untuk penganut Protestan dan lain-lain, dimana pada dasarnya hampir setiap agama memiliki cara-cara sendiri dalam melakukannya.
Benson mendocumentasikan melalui MRI brain scan perubahan fisik yang terjadi pada tubuh seseorang saat dirinya berdoa. Dan ketika dicocokan dengan penelitian yang dilakukan para peneliti lain di Universitas Pennsylvania, ternyata menghasilkan gambaran aktivitas otak yang kompleks
Karena pada saat seseorang sedang semakin dalam terpusat pada doanya, aktifitas intens pada sirkuit lobus parietal otaknya mulai terbentuk dan situasi tenang diseluruh otaknya terciptakan.
Disaat bersamaan, sirkuit lobus frontal serta temporal yang memiliki fungsi melacak waktu serta menciptakan kesadaran, menjadi terbebaskan. Hingga hubungan diantara pikiran dengan tubuh mulai terwujudkan.
Sedangkan sistem limbik yang bertanggung jawab untuk meletakkan "tag emosional" pada apa yang kita anggap khusus, juga mulai menjadi aktif. Sistem limbik yang juga merupakan pengatur relaksasi, mengendalikan sistem saraf otonom, denyut jantung, tekanan darah, metabolisme, dll., hingga tubuh menjadi lebih santai serta aktivitas fisiologis menjadi lebih merata.
Apakah semua ini berarti bahwa kita sedang terhubung dengan Yang Maha Tinggi atau bahwa kita, pada kenyataannya "terhubung” dengan pusat pengatur kehidupan yang sangat subyektif, karena bagi umat beragama adalah karunia Allah atau Tuhan, tetapi bagi yang tidak terlalu religius itu adalah kerja otak.."
Disarikan dan dialihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Davis Jeanie dalam WebMD Medical News yang dikaji ulang oleh Dr. Dominique Walton
Tidak ada komentar:
Posting Komentar