/*

MUDAH KESAL, TERSINGGUNG DAN MARAH-MARAH MEMICU TIMBULNYA SERANGAN JANTUNG
Akhir-akhir ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins telah menemukan kenyataan bahwa pria muda yang cenderung cepat bereaksi terhadap stres dengan mengumbar kemarahan, ternyata memiliki resiko untuk mendapatkan serangan jantung yang tiga kali lebih cepat bila dibandingkan dengan mereka-mereka yang memiliki temperamen yang lebih tenang.
Walau pada penelitian-penelitian sebelumnya juga telah terungkap bahwa sifat pemarah seseorang tidak terlepas kaitannya dengan penyakit jantung yang akan dialaminya di kemudian hari, para peneliti tersebut mengatakan bahwa baru kali ini penelitian berhasil menunjukan bahwa kemarahan yang dilakukan diusia muda sangat erat kaitannya dengan serangan jantung yang dialami mereka yang masih berusia dibawah 55 tahun.
Selain hal tersebut, dalam penelitian ini juga terungkap bahwa selain mereka yang mudah mengeluarkan kemarahan, juga mereka-mereka yang suka memendam kemarahan atau sangat mudah tersinggung dan berkeluh kesah ternyata juga memiliki kecenderungan untuk mengalami serangan jantung yang lima kali lebih besar daripada mereka-mereka yang memiliki sifat lebih tenang.

Didalam penelitian tersebut, mereka telah melibatkan 1.337 mahasiswa dari fakultas kedokteran Johns Hopkins yang kuliah antara tahun 1948 dan 1964 serta tahun 1992.
Didalam penelitian ini, mereka masing-masing diberi pertanyaan-pertanyaan yang menegangkan syaraf mereka, agar diketahui karakter mereka masing-masing didalam menanggapi tekanan atau stress.
Meskipun pada akhirnya didapatkan kenyataan bahwa jumlah yang mengalami serangan jantung diantara mereka jumlahnya kecil, akan tetapi secara signifikan ternyata mereka yang memiliki tingkat kemarahan yang lebih tinggi lebih besar jumlahnya yang mengalami serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat kemarahan yang lebih rendah.

Para peneliti tersebut menyatakan bahwa walau belum secara persis diketahui tentang bagaimana kemarahan dapat memberikan kontribusi pada terjadinya penyakit jantung, tetapi respon-respon biologis terhadap stres seperti halnya dengan terjadinya pelepasan adrenalin dan penyempitan pembuluh darah pasti akan memaksa jantung untuk menjadi bekerja lebih keras. Dan setiap stres tambahan akan lebih merusak keadaan jantung, hingga meningkatkan risiko untuk mendapatkan serangan jantung.
Hingga dalam hal ini menurut para peneliti tersebut yang terpenting adalah berusahalah untuk mengelola emosi, karena penelitian-penelitian juga telah membuktikan bahwa mereka yang memiliki penyakit jantung-pun ternyata menjadi lebih baik keadaan jantungnya bila mereka mau mengelola kemarahan mereka.
Dialihbahasa dan disarikan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Jennifer Warner dalam WebMD Medical News yang dikaji ulang oleh Gary Vogin, MD
MUDAH KESAL, TERSINGGUNG DAN MARAH-MARAH MEMICU TIMBULNYA SERANGAN JANTUNG
Akhir-akhir ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins telah menemukan kenyataan bahwa pria muda yang cenderung cepat bereaksi terhadap stres dengan mengumbar kemarahan, ternyata memiliki resiko untuk mendapatkan serangan jantung yang tiga kali lebih cepat bila dibandingkan dengan mereka-mereka yang memiliki temperamen yang lebih tenang.
Walau pada penelitian-penelitian sebelumnya juga telah terungkap bahwa sifat pemarah seseorang tidak terlepas kaitannya dengan penyakit jantung yang akan dialaminya di kemudian hari, para peneliti tersebut mengatakan bahwa baru kali ini penelitian berhasil menunjukan bahwa kemarahan yang dilakukan diusia muda sangat erat kaitannya dengan serangan jantung yang dialami mereka yang masih berusia dibawah 55 tahun.
Selain hal tersebut, dalam penelitian ini juga terungkap bahwa selain mereka yang mudah mengeluarkan kemarahan, juga mereka-mereka yang suka memendam kemarahan atau sangat mudah tersinggung dan berkeluh kesah ternyata juga memiliki kecenderungan untuk mengalami serangan jantung yang lima kali lebih besar daripada mereka-mereka yang memiliki sifat lebih tenang.
Didalam penelitian tersebut, mereka telah melibatkan 1.337 mahasiswa dari fakultas kedokteran Johns Hopkins yang kuliah antara tahun 1948 dan 1964 serta tahun 1992.
Didalam penelitian ini, mereka masing-masing diberi pertanyaan-pertanyaan yang menegangkan syaraf mereka, agar diketahui karakter mereka masing-masing didalam menanggapi tekanan atau stress.
Meskipun pada akhirnya didapatkan kenyataan bahwa jumlah yang mengalami serangan jantung diantara mereka jumlahnya kecil, akan tetapi secara signifikan ternyata mereka yang memiliki tingkat kemarahan yang lebih tinggi lebih besar jumlahnya yang mengalami serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat kemarahan yang lebih rendah.
Para peneliti tersebut menyatakan bahwa walau belum secara persis diketahui tentang bagaimana kemarahan dapat memberikan kontribusi pada terjadinya penyakit jantung, tetapi respon-respon biologis terhadap stres seperti halnya dengan terjadinya pelepasan adrenalin dan penyempitan pembuluh darah pasti akan memaksa jantung untuk menjadi bekerja lebih keras. Dan setiap stres tambahan akan lebih merusak keadaan jantung, hingga meningkatkan risiko untuk mendapatkan serangan jantung.
Hingga dalam hal ini menurut para peneliti tersebut yang terpenting adalah berusahalah untuk mengelola emosi, karena penelitian-penelitian juga telah membuktikan bahwa mereka yang memiliki penyakit jantung-pun ternyata menjadi lebih baik keadaan jantungnya bila mereka mau mengelola kemarahan mereka.
Dialihbahasa dan disarikan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Jennifer Warner dalam WebMD Medical News yang dikaji ulang oleh Gary Vogin, MD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar