/*
Menurut hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti
Belanda, emosi negatif seperti marah sedih dan sebagainya ternyata terbukti
mampu meningkatkan keluhan adanya rasa sakit pada diri kaum wanita, baik pada
mereka yang tengah menderita fibromyalgia maupun yang tidak.
Para peneliti tersebut telah melakukan eksperimen terhadap 121
wanita dalam hal mana 62 orang diantaranya adalah para penderita fibromyalgia
sedangkan sisanya atau yang 59 orang lagi adalah para wanita yang tidak
memiliki gangguan tersebut.
Didalam penelitian tersebut, masing-masing di induksi dengan
aliran listrik dan diminta untuk secara langsung menekan tombol jika mereka
merasakan sakit saat diinduksi tersebut.
Pertama-tama, para wanita tersebut diminta untuk melakukannya
setelah mereka terlebih dahulu diminta untuk bersikap netral atau tidak sampai
memikirkan apapun. Setelah mereka berhasil melakukannya dengan baik, mereka
diminta kembali untuk melakukannya tetapi setelah terlebih dahulu mereka
diminta mengingat kejadian-kejadian masa lampau mereka yang pernah mereka alami
dan telah membuat mereka merasa marah atau sedih.
Saat respon rasa nyeri mereka diukur agar mengetahui dampak yang
ditimbulkan oleh emosi-emosi negatif mereka tersebut, para peneliti tersebut
memperoleh kenyataan bahwa dari kedua kelompok tersebut, yaitu baik para
penderita fibromyalgia maupun yang bukan ternyata peningkatan rasa sakit yang
mereka alami adalah sama sebagai akibat dari emosi kemarahan maupun kesedihan
yang timbul dalam hati mereka pada saat itu. Dan ternyata tingkat rasa nyerinya
memiliki kesetaraan dengan tingkat emosi yang dimiliki oleh masing-masing dari
mereka pada saat itu.
Emosi Negatif Dan Rasa Nyeri
Menurut Henriet van Middendorp, PhD, dari Utrecht University di
Belanda, emosi negatif merupakan bagian yang tidak dapat dihindari oleh
seseorang didalam kehidupannya. Apalagi, disaat dirinya berurusan dengan rasa
nyeri yang kronis.
Penelitian ini, akan sangat berguna bagi kita untuk dapat
memusatkan perhatian cara bagaimana merubah sikap jika, ada sesuatu yang memicu
emosi sehingga akan dapat mengatasi dampak negatip yang biasa ditimbulkan jika
kita mengikuti emosi yaitu rasa sakit.
Dengan demikian, melatih setiap pasien agar mampu mengenali bentuk
emosi mereka serta mengarahkan mereka agar dapat menurunkan intensitas emosi
negatip mereka hingga mampu mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan sebagai
dampaknya, perlu untuk dilakukan.
Didalam sebuah studi yang serupa, peneliti lain di Radboud
University Nijmegen Medical Center, Belanda, juga menemukan kenyataan bahwa
terapi kognitif atau penyesuaian prilaku serta latihan lainnya sangat membantu
para penderita fibromyalgia didalam mengatasi rasa sakitnya.
Efek dari terapi ini signifikan sekali, dan telah menunjukan
perbedaan yang sangat positif dalam mengatasi rasa sakit, rasa lelah, kecemasan
serta dorongan pemikiran negatip mereka. Hasil penelitian tersebut ternyata
lebih efektif dalam meningkatkan perbaikan fisik maupun psikologis mereka baik
jangka pendek maupun panjang, jika sejak awal mereka diberi penjelasan terlebih
dahulu mengenai proses terapinya.
Saskia van Koulil, MSc, peneliti dari dari Radboud Universty juga
bahwa bukti dari keberhasilan terapi mereka tersebut adalah kenyataan dari
rendahnya tingkat drop out yang dialami didalam penelitian tersebut.
Dialih bahasakan dan disarikan oleh WS Djaka Panungkas dari
tulisan Bill Hendrick dalam WebMD Health News edisi 24 Oktober 2010 yang dikaji
ulang kembali oleh Laura Martin J., MD
Menurut hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti
Belanda, emosi negatif seperti marah sedih dan sebagainya ternyata terbukti
mampu meningkatkan keluhan adanya rasa sakit pada diri kaum wanita, baik pada
mereka yang tengah menderita fibromyalgia maupun yang tidak.
Para peneliti tersebut telah melakukan eksperimen terhadap 121
wanita dalam hal mana 62 orang diantaranya adalah para penderita fibromyalgia
sedangkan sisanya atau yang 59 orang lagi adalah para wanita yang tidak
memiliki gangguan tersebut.
Didalam penelitian tersebut, masing-masing di induksi dengan
aliran listrik dan diminta untuk secara langsung menekan tombol jika mereka
merasakan sakit saat diinduksi tersebut.
Pertama-tama, para wanita tersebut diminta untuk melakukannya
setelah mereka terlebih dahulu diminta untuk bersikap netral atau tidak sampai
memikirkan apapun. Setelah mereka berhasil melakukannya dengan baik, mereka
diminta kembali untuk melakukannya tetapi setelah terlebih dahulu mereka
diminta mengingat kejadian-kejadian masa lampau mereka yang pernah mereka alami
dan telah membuat mereka merasa marah atau sedih.
Saat respon rasa nyeri mereka diukur agar mengetahui dampak yang
ditimbulkan oleh emosi-emosi negatif mereka tersebut, para peneliti tersebut
memperoleh kenyataan bahwa dari kedua kelompok tersebut, yaitu baik para
penderita fibromyalgia maupun yang bukan ternyata peningkatan rasa sakit yang
mereka alami adalah sama sebagai akibat dari emosi kemarahan maupun kesedihan
yang timbul dalam hati mereka pada saat itu. Dan ternyata tingkat rasa nyerinya
memiliki kesetaraan dengan tingkat emosi yang dimiliki oleh masing-masing dari
mereka pada saat itu.
Emosi Negatif Dan Rasa Nyeri
Menurut Henriet van Middendorp, PhD, dari Utrecht University di
Belanda, emosi negatif merupakan bagian yang tidak dapat dihindari oleh
seseorang didalam kehidupannya. Apalagi, disaat dirinya berurusan dengan rasa
nyeri yang kronis.
Penelitian ini, akan sangat berguna bagi kita untuk dapat
memusatkan perhatian cara bagaimana merubah sikap jika, ada sesuatu yang memicu
emosi sehingga akan dapat mengatasi dampak negatip yang biasa ditimbulkan jika
kita mengikuti emosi yaitu rasa sakit.
Dengan demikian, melatih setiap pasien agar mampu mengenali bentuk
emosi mereka serta mengarahkan mereka agar dapat menurunkan intensitas emosi
negatip mereka hingga mampu mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan sebagai
dampaknya, perlu untuk dilakukan.
Didalam sebuah studi yang serupa, peneliti lain di Radboud
University Nijmegen Medical Center, Belanda, juga menemukan kenyataan bahwa
terapi kognitif atau penyesuaian prilaku serta latihan lainnya sangat membantu
para penderita fibromyalgia didalam mengatasi rasa sakitnya.
Efek dari terapi ini signifikan sekali, dan telah menunjukan
perbedaan yang sangat positif dalam mengatasi rasa sakit, rasa lelah, kecemasan
serta dorongan pemikiran negatip mereka. Hasil penelitian tersebut ternyata
lebih efektif dalam meningkatkan perbaikan fisik maupun psikologis mereka baik
jangka pendek maupun panjang, jika sejak awal mereka diberi penjelasan terlebih
dahulu mengenai proses terapinya.
Saskia van Koulil, MSc, peneliti dari dari Radboud Universty juga
bahwa bukti dari keberhasilan terapi mereka tersebut adalah kenyataan dari
rendahnya tingkat drop out yang dialami didalam penelitian tersebut.
Dialih bahasakan dan disarikan oleh WS Djaka Panungkas dari
tulisan Bill Hendrick dalam WebMD Health News edisi 24 Oktober 2010 yang dikaji
ulang kembali oleh Laura Martin J., MD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar