KOTAK PENCARIAN GOOGLE


Minggu, 13 Maret 2011

MungkinkahTerlalu Banyak Asupan Makanan Berbahan Dasar Kedelai Berdampak Buruk Bagi Kita ?

/* Beberapa hasil penelitian yang dilakukan pada akhir-akhir ini menunjukkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak senyawa kimia yang mirip estrogen dan terkandung pada kedele ternyata selain mampu menurunkan kesuburan pada seorang wanita, ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya pubertas dini, mengganggu perkembangan janin serta menghambat pertumbuhan anak-anak

Dalam mencari makanan sehat, pada saat ini banyak orang Amerika yang mengonsumsi bahan makanan yang berasal dari kedelai lebih dari yang sebelumnya. Padahal, beberapa penelitian pada hewan yang dilakukan akhir-akhir ini justru menunjukkan bahwa pada hewan yang mengonsumsinya dalam jumlah yang besar ternyata berdampak buruk pada kesuburan serta perkembangan alat reproduksi mereka.

Padahal, makanan yang berbahan dasar kedelai pada saat ini tersebar luas di seluruh Amerika Serikat. Bahkan lebih dari seperempat jumlah susu formula yang ada dipasaran mereka, terbuat dari bahan dasar tersebut.

Selain itu, pihak US Food and Drug Administration-pun telah mempromosikannya sebagai makanan yang mampu mengurangi risiko seseorang untuk terserang penyakit jantung, dan bahkan program makan siang disekolahpun yang dilakukan di seluruh negara tersebut telah menambahkan kedelai hamburger patties sebagai bagian dari menu didalamnya.

Memang banyak manfaat dari isoflavon yaitu senyawa mirip estrogen yang terkandung didalamnya tersebut bagi kesehatan. Namun masalahnya kini, adalah bahwa beberapa penelitian yang dilakukan terhadap hewan justru menunjukkan hal sebaliknya, karena hewan yang diberi sejumlah besar makanan yang mengandung isoflavon tersebut ternyata kesuburan dari hewan betinanya menjadi menurun dan menimbulkan dampak pubertas dini pada hewan-hewan tersebut. Selain itu, ternyata kandungan isoflavon yang terdapat didalamnya juga mampu mengganggu perkembangan janin serta perkembangan anak-anak mereka.

Meskipun hampir semua penelitian mengenai genistein yaitu salah satu bentuk isoflavone yang terdapat pada kedelai tersebut dilakukannya hanya terhadap mencit, akan tetapi telah cukup membuat banyak ilmuwan yakin bahwa mungkin juga dapat terjadi pada diri manusia.

Sejak awal 1990-an, konsumsi kedelai di Amerika Serikat sangat membumbung tinggi, hingga penjualan makanan yang terbuat dari kedelai yang pada tahun 1992 hanya mencapai nilai jual sebesar $ 300 juta pada tahun 2008 telah naik menjadi $ 4 miliar. Sebagai dampak dari beberapa studi klinis yang telah berhasil menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi kedelai kita akan dapat menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan resiko untuk terkena kanker payudara serta kanker prostat.

Tapi Newbold serta para peneliti lainnya tidak yakin bahwa makan yang mengandung kedelai akan dapat membuat semua orang menjadi lebih sehat. Karena bayi yang diberi susu formula yang terbuat dari kedelai, akan memperoleh asupan genistein sekitar enam sampai 11 kali lebih tinggi dari kadar yang dapat menimbulkan dampak buruk pada sistim hormonal seorang dewasa.

Karena menurut Newbold : "Memberikan hormon estrogen pada bayi atau anak bagaimanapun juga tidak akan pernah menjadikannya sesuatu hal yang baik,".

Walaupun studi tentang efek berbahaya dari isoflavon yang terdapat pada kedelai masih sangat terbatas dan belum layak untuk dapat disimpulkan, akan tetapi bukti yang diperoleh pada studi yang dilakukan pada hewan bahwa genistein mengganggu sistim reproduksi serta perkembangan embrio tidak dapat diabaikan begitu saja.

Didalam suatu penelitian, Wen-Hsiung Chan dari Chung Yuan Christian University- Taiwan dalam publikasinya pada The Journal Reproductive Toxicology edisi bulan Juli 2009, menyatakan bahwa temuan mereka menunjukan bahwa pemberian genistein menyebabkan menurunnya kesuburan dan terjadinya perkembangan embrio abnormal pada tikus betina

Dalam penelitian tersebut, tikus-tikus tersebut diberi asupan yang mengandung satu hingga sepuluh micromoles genistein melalui air minum yang diberikan pada mereka selama kurun waktu empat hari.

Ternyata, dengan dosis yang diberikan tersebut telur menjadi lebih sedikit yang berhasil dapat dibuahi dan terjadinya peningkatan kematian sel pada embrio-embrio yang tengah berkembang.

Pada tikus jantan, pemberian dosis tinggi ternyata telah menyebabkan adanya pertumbuhan sel-sel payudara yang abnormal, walaupun tidak sampai menyebabkan timbulnya kanker atau perubahan organ reproduksi.

Menurut Heather Patisaul, seorang ahli pengembangan biologis pada North Carolina State University, sistim reproduksi kita dengan sistem reproduksi tikus tidak berbeda. Demikian juga dengan hormon-hormon-nya.

Masalahnya adalah dampak yang ditimbulkannya. Jika dampak pada kesuburan tersebut menimpa orang dewasa, maka untuk dapat mengatasinya cukup dengan cara mengurangi pola mengonsumsi kedelainya. Tetapi, jika dampaknya tersebut menimpa sistim reproduksi bayi, maka dampak tersebut bisa merupakan dampak yang permanen.

Akan tetapi, sampai saat ini baru sebuah studi yang dilakukan untuk melihat efek jangka panjang dari susu formula yang berasal dari kedelai, yaitu mengenai dampaknya terhadap sistim reproduksi manusia.

Didalam hal ini, ternyata telah ditemukan fakta bahwa bahwa wanita yang mengonsumsi susu formula kedelai ternyata banyak yang mengalami gangguan menstruasi termasuk mengalami kram pada saat mentruasi.

Menurut Patisaul, perkembangan otak yang dimulai sejak bayi dalam kandungan dan berlanjut hingga masa pubertasnya, juga dapat menjadi berubah sebagai akibat dari adanya estrogen pada kedelai tersebut.

Masalahnya saat ini adalah kandungan isoflavone pada setiap susu formula ternyata berbeda satu sama lain, akibat dari jenis kedele yang dipergunakan serta berbagai kondisi lainnya, seperti halnya dengan masalah kesuburan tanah dimana kedele itu ditanam. Akibatnya, besar kandungan genisteinnya sulit untuk dikontrol.

Pada tahun 2008, American Association of Pediatricians telah mempelajari semua studi ilmiah mengenai hal ini, akan tetapi mereka menyatakan bahwa sampai saat itu belum ditemukan bukti yang cukup meyakinkan bahwa susu formula memiliki dampak buruk pada perkembangan bayi, sistim reproduksi maupun fungsi endokrin mereka.

Walau demikian, melakukan pembatasan dalam pemberiannya tidaklah akan sampai merugikan.

Hal ini mirip dengan masalah efek Bisphenol A atau BPA yang jugas merupakan senyawa estrogenik yang terdapat pada botol plastik yang menyebabkan banyak ilmuwan memperkirakan akan dapat membahayakan otak dan perkembangan alat reproduksi.

Disarikan dan dialih bahasakan dari tulisan Lindsey Konkel pada Environmental Health News edisi 3 November 2009 oleh WS Djaka Panungkas
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan pada akhir-akhir ini menunjukkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak senyawa kimia yang mirip estrogen dan terkandung pada kedele ternyata selain mampu menurunkan kesuburan pada seorang wanita, ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya pubertas dini, mengganggu perkembangan janin serta menghambat pertumbuhan anak-anak

Dalam mencari makanan sehat, pada saat ini banyak orang Amerika yang mengonsumsi bahan makanan yang berasal dari kedelai lebih dari yang sebelumnya. Padahal, beberapa penelitian pada hewan yang dilakukan akhir-akhir ini justru menunjukkan bahwa pada hewan yang mengonsumsinya dalam jumlah yang besar ternyata berdampak buruk pada kesuburan serta perkembangan alat reproduksi mereka.

Padahal, makanan yang berbahan dasar kedelai pada saat ini tersebar luas di seluruh Amerika Serikat. Bahkan lebih dari seperempat jumlah susu formula yang ada dipasaran mereka, terbuat dari bahan dasar tersebut.

Selain itu, pihak US Food and Drug Administration-pun telah mempromosikannya sebagai makanan yang mampu mengurangi risiko seseorang untuk terserang penyakit jantung, dan bahkan program makan siang disekolahpun yang dilakukan di seluruh negara tersebut telah menambahkan kedelai hamburger patties sebagai bagian dari menu didalamnya.

Memang banyak manfaat dari isoflavon yaitu senyawa mirip estrogen yang terkandung didalamnya tersebut bagi kesehatan. Namun masalahnya kini, adalah bahwa beberapa penelitian yang dilakukan terhadap hewan justru menunjukkan hal sebaliknya, karena hewan yang diberi sejumlah besar makanan yang mengandung isoflavon tersebut ternyata kesuburan dari hewan betinanya menjadi menurun dan menimbulkan dampak pubertas dini pada hewan-hewan tersebut. Selain itu, ternyata kandungan isoflavon yang terdapat didalamnya juga mampu mengganggu perkembangan janin serta perkembangan anak-anak mereka.

Meskipun hampir semua penelitian mengenai genistein yaitu salah satu bentuk isoflavone yang terdapat pada kedelai tersebut dilakukannya hanya terhadap mencit, akan tetapi telah cukup membuat banyak ilmuwan yakin bahwa mungkin juga dapat terjadi pada diri manusia.

Sejak awal 1990-an, konsumsi kedelai di Amerika Serikat sangat membumbung tinggi, hingga penjualan makanan yang terbuat dari kedelai yang pada tahun 1992 hanya mencapai nilai jual sebesar $ 300 juta pada tahun 2008 telah naik menjadi $ 4 miliar. Sebagai dampak dari beberapa studi klinis yang telah berhasil menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi kedelai kita akan dapat menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan resiko untuk terkena kanker payudara serta kanker prostat.

Tapi Newbold serta para peneliti lainnya tidak yakin bahwa makan yang mengandung kedelai akan dapat membuat semua orang menjadi lebih sehat. Karena bayi yang diberi susu formula yang terbuat dari kedelai, akan memperoleh asupan genistein sekitar enam sampai 11 kali lebih tinggi dari kadar yang dapat menimbulkan dampak buruk pada sistim hormonal seorang dewasa.

Karena menurut Newbold : "Memberikan hormon estrogen pada bayi atau anak bagaimanapun juga tidak akan pernah menjadikannya sesuatu hal yang baik,".

Walaupun studi tentang efek berbahaya dari isoflavon yang terdapat pada kedelai masih sangat terbatas dan belum layak untuk dapat disimpulkan, akan tetapi bukti yang diperoleh pada studi yang dilakukan pada hewan bahwa genistein mengganggu sistim reproduksi serta perkembangan embrio tidak dapat diabaikan begitu saja.

Didalam suatu penelitian, Wen-Hsiung Chan dari Chung Yuan Christian University- Taiwan dalam publikasinya pada The Journal Reproductive Toxicology edisi bulan Juli 2009, menyatakan bahwa temuan mereka menunjukan bahwa pemberian genistein menyebabkan menurunnya kesuburan dan terjadinya perkembangan embrio abnormal pada tikus betina

Dalam penelitian tersebut, tikus-tikus tersebut diberi asupan yang mengandung satu hingga sepuluh micromoles genistein melalui air minum yang diberikan pada mereka selama kurun waktu empat hari.

Ternyata, dengan dosis yang diberikan tersebut telur menjadi lebih sedikit yang berhasil dapat dibuahi dan terjadinya peningkatan kematian sel pada embrio-embrio yang tengah berkembang.

Pada tikus jantan, pemberian dosis tinggi ternyata telah menyebabkan adanya pertumbuhan sel-sel payudara yang abnormal, walaupun tidak sampai menyebabkan timbulnya kanker atau perubahan organ reproduksi.

Menurut Heather Patisaul, seorang ahli pengembangan biologis pada North Carolina State University, sistim reproduksi kita dengan sistem reproduksi tikus tidak berbeda. Demikian juga dengan hormon-hormon-nya.

Masalahnya adalah dampak yang ditimbulkannya. Jika dampak pada kesuburan tersebut menimpa orang dewasa, maka untuk dapat mengatasinya cukup dengan cara mengurangi pola mengonsumsi kedelainya. Tetapi, jika dampaknya tersebut menimpa sistim reproduksi bayi, maka dampak tersebut bisa merupakan dampak yang permanen.

Akan tetapi, sampai saat ini baru sebuah studi yang dilakukan untuk melihat efek jangka panjang dari susu formula yang berasal dari kedelai, yaitu mengenai dampaknya terhadap sistim reproduksi manusia.

Didalam hal ini, ternyata telah ditemukan fakta bahwa bahwa wanita yang mengonsumsi susu formula kedelai ternyata banyak yang mengalami gangguan menstruasi termasuk mengalami kram pada saat mentruasi.

Menurut Patisaul, perkembangan otak yang dimulai sejak bayi dalam kandungan dan berlanjut hingga masa pubertasnya, juga dapat menjadi berubah sebagai akibat dari adanya estrogen pada kedelai tersebut.

Masalahnya saat ini adalah kandungan isoflavone pada setiap susu formula ternyata berbeda satu sama lain, akibat dari jenis kedele yang dipergunakan serta berbagai kondisi lainnya, seperti halnya dengan masalah kesuburan tanah dimana kedele itu ditanam. Akibatnya, besar kandungan genisteinnya sulit untuk dikontrol.

Pada tahun 2008, American Association of Pediatricians telah mempelajari semua studi ilmiah mengenai hal ini, akan tetapi mereka menyatakan bahwa sampai saat itu belum ditemukan bukti yang cukup meyakinkan bahwa susu formula memiliki dampak buruk pada perkembangan bayi, sistim reproduksi maupun fungsi endokrin mereka.

Walau demikian, melakukan pembatasan dalam pemberiannya tidaklah akan sampai merugikan.

Hal ini mirip dengan masalah efek Bisphenol A atau BPA yang jugas merupakan senyawa estrogenik yang terdapat pada botol plastik yang menyebabkan banyak ilmuwan memperkirakan akan dapat membahayakan otak dan perkembangan alat reproduksi.

Disarikan dan dialih bahasakan dari tulisan Lindsey Konkel pada Environmental Health News edisi 3 November 2009 oleh WS Djaka Panungkas

Tidak ada komentar:

UNTUK MENCAPAI SERTA MEMPERTAHANKAN SUATU KEPULIHAN

  1. Sadari sepenuhnya bahwa sebenarnya tubuh Anda memiliki proses-proses alami yang bila dicermati benar-benar, ternyata bahwa proses-proses tersebut memiliki kinerja yang bersifat memelihara, melindungi serta memulihkan dirinya.
  2. Sadari sepenuhnya akan ke-Maha Pengasihan Tuhan, dengan menyadari bahwa sebagai “Yang Maha Pengasih walau dengan alasan apapun pasti tidak akan membiarkan yang dikasihi oleh-Nya sampai harus mengalami penderitaan (cobalah cermati kinerja proses-proses tubuh kita tersebut, yang diciptakan-Nya sebagai bukti dari Ke Maha Pengasihan-Nya tersebut, yang menunjukan bahwa Dia tidak menginginkan sampai kita menghadapi masalah, penderitaan maupun penyakit).
  3. Sadari bahwa setiap masalah atau penyakit sebenarnya merupakan sesuatu yang terjadi jika kita salah didalam berpola pikir serta berpola makan, akibat lebih bertolok ukurkan pada upaya-upaya untuk memuaskan serta menyenangkan diri dari pada bertolok ukurkan pada pola yang dikehendaki-Nya untuk kita lakukan didalam memelihara serta menjaga keutuhan tubuh kita tersebut dengan selalu menerapkan kehendak-Nya didalam setiap gerak langkah yang kita lakukan didalam kehidupan kita sejak saat kita berpikir.
  4. Upayakan agar jangan menilai berlebihan apapun atau siapapun, tapi usahakanlah untuk dapat selalu menciptakan kehidupan yang bertolok ukurkan pada upaya-upaya untuk menciptakan kehidupan bersama yang saling mengasihi atau saling tidak menciptakan masalah satu sama lain. Jadi, hindari penerapan sikap serta prilaku tolok ukurnya berdasarkan pementingan, pemuasan, serta penyenangan diri, keluarga, golongan, agama dan lain-lainnya.
  5. Berpeganglah pada suatu prinsip bahwa apapun yang akan kita lakukan harus selain akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita, juga harus jangan sampai bisa menimbulkan masalah bagi pihak yang lain.
  6. Jangan terlalu mempermasalahkan apapun termasuk apa yang diperbuat oleh orang lain. Tetapi, ingatlah selalu bahwa demi dapat menciptakan ketentraman hidup bersama pihak lain, awalilah menciptakannya melalui pengelolaan pola berpikir serta pola bertindak diri kita sendiri.
  7. Tinggalkan pola makan serta minum yang cenderung didasari oleh keinginan untuk dapat memenuhi selera, rasa menyukai atau karena ingin mengikuti mode agar tidak disebut ketinggalan jaman saja, mengingat bermanfaat atau tidaknya yang tergantung dari dibutuhkan atau tidaknya oleh proses-proses tubuh pada saat itu.
  8. Jangan sampai berpikir tentang apa yang harus dilakukan oleh orang lain maupun diri kita sendiri agar kita mencapai kepuasan atau kesenangan. Tetapi pikirkanlah apa yang harus kita lakukan agar kita dapat hidup tentram dan damai dengan siapapun.

Sekar Kinasih Healing Therapy

Sistim pemulihan melalui pengelolaan pola berpikir dan pola makan/minum

GRATIS KONSULTASI JARAK JAUH

UNTUK INFORMASI TERAPI JARAK JAUH, SILAHKAN MENGHUBUNGI :

mindhealingtherapy@yahoo.com



,