KOTAK PENCARIAN GOOGLE


Senin, 21 Maret 2011

Polusi Udara dan Polusi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dapat Memicu Terjadinya Serangan Jantung

/*
Memiliki kolesterol yang tinggi, obesitas serta tekanan darah yang tinggi secara umum telah diketahui dan dinyatakan sebagai memiliki risiko tinggi untuk terkena serangan penyakit jantung.

Demikian juga dengan seseorang yang cenderung untuk bereaksi keras atau menilai keadaan yang dihadapinya secara berlebihan seperti halnya mudah terpicu untuk marah-marah, terlalu ngoyo dalam melakukan sesuatu atau pekerjaan,serta mudah untuk terjebak kedalam situasi stress.

Tapi baru kali ini ada tim peneliti yang tertarik untuk mengupasnya dari sudut yang lain, yaitu dari sudut resiko yang dapat ditimbulkan oleh keadaan lingkungan seperti halnya pengaruh kualitas udara yang kita hirup.

Untuk dapat mengetahui adanya pengaruh-pengaruh faktor keadaan lingkungan seperti halnya dengan faktor-faktor kepadatan penduduk terhadap kemungkinan terjadi risiko untuk terserang penyakit jantung, para peneliti Belgia dan Swiss secara bersama-sama telah mengkaji hasil penelitian dari 36 proyek penelitian yang secara khusus telah menganalisa berbagai faktor pemicu timbulnya serangan jantung seperti halnya dengan kebiasaan mengonsumsi kafein, beraktivitas fisik berlebihan, berpola makan berlebihan, mudah marah, kebiasaan menggunakan kokain dan lain-lain termasuk masalah polusi udara.

Ketika urutan peringkatnya dibuat, ternyata faktor polusi yang timbul akibat kepadatan lalu lintas yang meningkatkan tekanan darah akibat gas buang dari knalpot kendaraan yang mau tidak mau terhirup, telah merupakan penimbul risiko yang terbesar bagi seseorang untuk mendapat serangan jantung, dengan jumlah persentase kasusnya yang memiliki angka tertinggi, yaitu 7,4%.

Sedangkan yang menduduki peringkat selanjutnya, adalah beraktivitas fisik berlebihan serta polusi udara lain yang masing-masing mencapai 6%, peminum alkohol dan kopi masing-masing 5% serta sejumlah kebiasaan lainnya seperti halnya dengan kebiasaan mudah marah, terlalu mengumbar nafsu sex serta para pengguna mariyuana.

Keadaan polusi udara yang dijadikan acuan pada saat penelitian tersebut, adalah polusi yang berpartikel polutan mulai dari 30 mikrogram (mcg) per-meter kubik keatas. Padahal, standar polusi menurut WHO (World Health Organization) adalah 20 mcg partikel per-meter kubik yaitu setara dengan yang terjadi dibeberapa kota besar di negara Amerika Serikat.

Nyatanya, dari perbedaan yang 10 mcg / meter kubik lebih rendah saja, para peneliti tersebut telah menemukan kenyataan adanya perbedaan kasus terjadinya serangan penyakit jantung yang lebih rendah 2% yaitu hampir sama dengan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menemukan kenyataan bahwa tingkat kematian akibat serangan jantung akan naik sebesar 1,4% untuk setiap kenaikan partikel sebesar 10 mcg / meter kubik.


Seperti yang diungkapkan Andrea Baccarelli dan Emilia Benjamin dari Harvard School of Public Health dalam Lancet bahwa hasil penelitian ini merupakan peringatan agar tidak menganggap remeh faktor resiko yang walaupun tidak terlalu besar atau bahkan kecil sekali sekalipun, jika frekuensi kejadiannya ternyata jauh lebih sering.

Sebagai contoh, penggunaan kokain dinilai sebagai salah satu kontributor terkuat bagi setiap individu untuk memperoleh serangan jantung, dengan catatan bahwa resiko bagi penggunanya untuk memperoleh serangan penyakit jantung ternyata mencapai 24 kali lipat lebih besar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mempergunakannya.

Akan tetapi, karena proporsi pengguna kokaindalam masyarakat jumlahnya pada kenyataannya relatif jauh lebih kecil, maka dari keseluruhan masyarakat yang memperoleh serangan penyakit jantung akibat penggunaan kokain hanya mencapai jumlah yang relatip kecil juga, yaitu berada dibawah 1%.

Tim Nawrot dari The Center for Environmental Sciences pada Hasselt University mengatakan bahwa peran polusi udara sebagai faktor pemicu bagi terjadinya serangan jantung, ternyata memiliki resiko yang setara dengan penyebab-penyebab serangan jantung lainnya, yang telah lama secara klinis terbuktikan serta dinyatakan sebagai faktor-faktor penyebab bagi terjadinya serangan jantung.

Penelitian ini cukup memiliki daya tarik tersendiri, karena telah berhasil mengungkapkan adanya perluasan penyebaran serangan penyakit jantung yang memiliki daya jangkau terhadap kelompok masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu melalui polusi udara serta polusi gas buang dari lalu lintas dikota-kota yang saat ini menjadi masalah mereka.


Disarikan dan dialihbahasakan dari tulisan Alice Park pada Healthland Time edisi 24 Februari 2011 oleh WS Djaka Panungkas
Memiliki kolesterol yang tinggi, obesitas serta tekanan darah yang tinggi secara umum telah diketahui dan dinyatakan sebagai memiliki risiko tinggi untuk terkena serangan penyakit jantung.

Demikian juga dengan seseorang yang cenderung untuk bereaksi keras atau menilai keadaan yang dihadapinya secara berlebihan seperti halnya mudah terpicu untuk marah-marah, terlalu ngoyo dalam melakukan sesuatu atau pekerjaan,serta mudah untuk terjebak kedalam situasi stress.

Tapi baru kali ini ada tim peneliti yang tertarik untuk mengupasnya dari sudut yang lain, yaitu dari sudut resiko yang dapat ditimbulkan oleh keadaan lingkungan seperti halnya pengaruh kualitas udara yang kita hirup.

Untuk dapat mengetahui adanya pengaruh-pengaruh faktor keadaan lingkungan seperti halnya dengan faktor-faktor kepadatan penduduk terhadap kemungkinan terjadi risiko untuk terserang penyakit jantung, para peneliti Belgia dan Swiss secara bersama-sama telah mengkaji hasil penelitian dari 36 proyek penelitian yang secara khusus telah menganalisa berbagai faktor pemicu timbulnya serangan jantung seperti halnya dengan kebiasaan mengonsumsi kafein, beraktivitas fisik berlebihan, berpola makan berlebihan, mudah marah, kebiasaan menggunakan kokain dan lain-lain termasuk masalah polusi udara.

Ketika urutan peringkatnya dibuat, ternyata faktor polusi yang timbul akibat kepadatan lalu lintas yang meningkatkan tekanan darah akibat gas buang dari knalpot kendaraan yang mau tidak mau terhirup, telah merupakan penimbul risiko yang terbesar bagi seseorang untuk mendapat serangan jantung, dengan jumlah persentase kasusnya yang memiliki angka tertinggi, yaitu 7,4%.

Sedangkan yang menduduki peringkat selanjutnya, adalah beraktivitas fisik berlebihan serta polusi udara lain yang masing-masing mencapai 6%, peminum alkohol dan kopi masing-masing 5% serta sejumlah kebiasaan lainnya seperti halnya dengan kebiasaan mudah marah, terlalu mengumbar nafsu sex serta para pengguna mariyuana.

Keadaan polusi udara yang dijadikan acuan pada saat penelitian tersebut, adalah polusi yang berpartikel polutan mulai dari 30 mikrogram (mcg) per-meter kubik keatas. Padahal, standar polusi menurut WHO (World Health Organization) adalah 20 mcg partikel per-meter kubik yaitu setara dengan yang terjadi dibeberapa kota besar di negara Amerika Serikat.

Nyatanya, dari perbedaan yang 10 mcg / meter kubik lebih rendah saja, para peneliti tersebut telah menemukan kenyataan adanya perbedaan kasus terjadinya serangan penyakit jantung yang lebih rendah 2% yaitu hampir sama dengan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menemukan kenyataan bahwa tingkat kematian akibat serangan jantung akan naik sebesar 1,4% untuk setiap kenaikan partikel sebesar 10 mcg / meter kubik.


Seperti yang diungkapkan Andrea Baccarelli dan Emilia Benjamin dari Harvard School of Public Health dalam Lancet bahwa hasil penelitian ini merupakan peringatan agar tidak menganggap remeh faktor resiko yang walaupun tidak terlalu besar atau bahkan kecil sekali sekalipun, jika frekuensi kejadiannya ternyata jauh lebih sering.

Sebagai contoh, penggunaan kokain dinilai sebagai salah satu kontributor terkuat bagi setiap individu untuk memperoleh serangan jantung, dengan catatan bahwa resiko bagi penggunanya untuk memperoleh serangan penyakit jantung ternyata mencapai 24 kali lipat lebih besar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mempergunakannya.

Akan tetapi, karena proporsi pengguna kokaindalam masyarakat jumlahnya pada kenyataannya relatif jauh lebih kecil, maka dari keseluruhan masyarakat yang memperoleh serangan penyakit jantung akibat penggunaan kokain hanya mencapai jumlah yang relatip kecil juga, yaitu berada dibawah 1%.

Tim Nawrot dari The Center for Environmental Sciences pada Hasselt University mengatakan bahwa peran polusi udara sebagai faktor pemicu bagi terjadinya serangan jantung, ternyata memiliki resiko yang setara dengan penyebab-penyebab serangan jantung lainnya, yang telah lama secara klinis terbuktikan serta dinyatakan sebagai faktor-faktor penyebab bagi terjadinya serangan jantung.

Penelitian ini cukup memiliki daya tarik tersendiri, karena telah berhasil mengungkapkan adanya perluasan penyebaran serangan penyakit jantung yang memiliki daya jangkau terhadap kelompok masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu melalui polusi udara serta polusi gas buang dari lalu lintas dikota-kota yang saat ini menjadi masalah mereka.


Disarikan dan dialihbahasakan dari tulisan Alice Park pada Healthland Time edisi 24 Februari 2011 oleh WS Djaka Panungkas

Tidak ada komentar:

UNTUK MENCAPAI SERTA MEMPERTAHANKAN SUATU KEPULIHAN

  1. Sadari sepenuhnya bahwa sebenarnya tubuh Anda memiliki proses-proses alami yang bila dicermati benar-benar, ternyata bahwa proses-proses tersebut memiliki kinerja yang bersifat memelihara, melindungi serta memulihkan dirinya.
  2. Sadari sepenuhnya akan ke-Maha Pengasihan Tuhan, dengan menyadari bahwa sebagai “Yang Maha Pengasih walau dengan alasan apapun pasti tidak akan membiarkan yang dikasihi oleh-Nya sampai harus mengalami penderitaan (cobalah cermati kinerja proses-proses tubuh kita tersebut, yang diciptakan-Nya sebagai bukti dari Ke Maha Pengasihan-Nya tersebut, yang menunjukan bahwa Dia tidak menginginkan sampai kita menghadapi masalah, penderitaan maupun penyakit).
  3. Sadari bahwa setiap masalah atau penyakit sebenarnya merupakan sesuatu yang terjadi jika kita salah didalam berpola pikir serta berpola makan, akibat lebih bertolok ukurkan pada upaya-upaya untuk memuaskan serta menyenangkan diri dari pada bertolok ukurkan pada pola yang dikehendaki-Nya untuk kita lakukan didalam memelihara serta menjaga keutuhan tubuh kita tersebut dengan selalu menerapkan kehendak-Nya didalam setiap gerak langkah yang kita lakukan didalam kehidupan kita sejak saat kita berpikir.
  4. Upayakan agar jangan menilai berlebihan apapun atau siapapun, tapi usahakanlah untuk dapat selalu menciptakan kehidupan yang bertolok ukurkan pada upaya-upaya untuk menciptakan kehidupan bersama yang saling mengasihi atau saling tidak menciptakan masalah satu sama lain. Jadi, hindari penerapan sikap serta prilaku tolok ukurnya berdasarkan pementingan, pemuasan, serta penyenangan diri, keluarga, golongan, agama dan lain-lainnya.
  5. Berpeganglah pada suatu prinsip bahwa apapun yang akan kita lakukan harus selain akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita, juga harus jangan sampai bisa menimbulkan masalah bagi pihak yang lain.
  6. Jangan terlalu mempermasalahkan apapun termasuk apa yang diperbuat oleh orang lain. Tetapi, ingatlah selalu bahwa demi dapat menciptakan ketentraman hidup bersama pihak lain, awalilah menciptakannya melalui pengelolaan pola berpikir serta pola bertindak diri kita sendiri.
  7. Tinggalkan pola makan serta minum yang cenderung didasari oleh keinginan untuk dapat memenuhi selera, rasa menyukai atau karena ingin mengikuti mode agar tidak disebut ketinggalan jaman saja, mengingat bermanfaat atau tidaknya yang tergantung dari dibutuhkan atau tidaknya oleh proses-proses tubuh pada saat itu.
  8. Jangan sampai berpikir tentang apa yang harus dilakukan oleh orang lain maupun diri kita sendiri agar kita mencapai kepuasan atau kesenangan. Tetapi pikirkanlah apa yang harus kita lakukan agar kita dapat hidup tentram dan damai dengan siapapun.

Sekar Kinasih Healing Therapy

Sistim pemulihan melalui pengelolaan pola berpikir dan pola makan/minum

GRATIS KONSULTASI JARAK JAUH

UNTUK INFORMASI TERAPI JARAK JAUH, SILAHKAN MENGHUBUNGI :

mindhealingtherapy@yahoo.com



,