/*
Memiliki kolesterol yang tinggi, obesitas serta tekanan darah yang tinggi secara umum telah diketahui dan dinyatakan sebagai memiliki risiko tinggi untuk terkena serangan penyakit jantung.
Demikian juga dengan seseorang yang cenderung untuk bereaksi keras atau menilai keadaan yang dihadapinya secara berlebihan seperti halnya mudah terpicu untuk marah-marah, terlalu ngoyo dalam melakukan sesuatu atau pekerjaan,serta mudah untuk terjebak kedalam situasi stress.
Tapi baru kali ini ada tim peneliti yang tertarik untuk mengupasnya dari sudut yang lain, yaitu dari sudut resiko yang dapat ditimbulkan oleh keadaan lingkungan seperti halnya pengaruh kualitas udara yang kita hirup.
Untuk dapat mengetahui adanya pengaruh-pengaruh faktor keadaan lingkungan seperti halnya dengan faktor-faktor kepadatan penduduk terhadap kemungkinan terjadi risiko untuk terserang penyakit jantung, para peneliti Belgia dan Swiss secara bersama-sama telah mengkaji hasil penelitian dari 36 proyek penelitian yang secara khusus telah menganalisa berbagai faktor pemicu timbulnya serangan jantung seperti halnya dengan kebiasaan mengonsumsi kafein, beraktivitas fisik berlebihan, berpola makan berlebihan, mudah marah, kebiasaan menggunakan kokain dan lain-lain termasuk masalah polusi udara.
Ketika urutan peringkatnya dibuat, ternyata faktor polusi yang timbul akibat kepadatan lalu lintas yang meningkatkan tekanan darah akibat gas buang dari knalpot kendaraan yang mau tidak mau terhirup, telah merupakan penimbul risiko yang terbesar bagi seseorang untuk mendapat serangan jantung, dengan jumlah persentase kasusnya yang memiliki angka tertinggi, yaitu 7,4%.
Sedangkan yang menduduki peringkat selanjutnya, adalah beraktivitas fisik berlebihan serta polusi udara lain yang masing-masing mencapai 6%, peminum alkohol dan kopi masing-masing 5% serta sejumlah kebiasaan lainnya seperti halnya dengan kebiasaan mudah marah, terlalu mengumbar nafsu sex serta para pengguna mariyuana.
Keadaan polusi udara yang dijadikan acuan pada saat penelitian tersebut, adalah polusi yang berpartikel polutan mulai dari 30 mikrogram (mcg) per-meter kubik keatas. Padahal, standar polusi menurut WHO (World Health Organization) adalah 20 mcg partikel per-meter kubik yaitu setara dengan yang terjadi dibeberapa kota besar di negara Amerika Serikat.
Nyatanya, dari perbedaan yang 10 mcg / meter kubik lebih rendah saja, para peneliti tersebut telah menemukan kenyataan adanya perbedaan kasus terjadinya serangan penyakit jantung yang lebih rendah 2% yaitu hampir sama dengan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menemukan kenyataan bahwa tingkat kematian akibat serangan jantung akan naik sebesar 1,4% untuk setiap kenaikan partikel sebesar 10 mcg / meter kubik.
Seperti yang diungkapkan Andrea Baccarelli dan Emilia Benjamin dari Harvard School of Public Health dalam Lancet bahwa hasil penelitian ini merupakan peringatan agar tidak menganggap remeh faktor resiko yang walaupun tidak terlalu besar atau bahkan kecil sekali sekalipun, jika frekuensi kejadiannya ternyata jauh lebih sering.
Sebagai contoh, penggunaan kokain dinilai sebagai salah satu kontributor terkuat bagi setiap individu untuk memperoleh serangan jantung, dengan catatan bahwa resiko bagi penggunanya untuk memperoleh serangan penyakit jantung ternyata mencapai 24 kali lipat lebih besar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mempergunakannya.
Akan tetapi, karena proporsi pengguna kokaindalam masyarakat jumlahnya pada kenyataannya relatif jauh lebih kecil, maka dari keseluruhan masyarakat yang memperoleh serangan penyakit jantung akibat penggunaan kokain hanya mencapai jumlah yang relatip kecil juga, yaitu berada dibawah 1%.
Tim Nawrot dari The Center for Environmental Sciences pada Hasselt University mengatakan bahwa peran polusi udara sebagai faktor pemicu bagi terjadinya serangan jantung, ternyata memiliki resiko yang setara dengan penyebab-penyebab serangan jantung lainnya, yang telah lama secara klinis terbuktikan serta dinyatakan sebagai faktor-faktor penyebab bagi terjadinya serangan jantung.
Penelitian ini cukup memiliki daya tarik tersendiri, karena telah berhasil mengungkapkan adanya perluasan penyebaran serangan penyakit jantung yang memiliki daya jangkau terhadap kelompok masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu melalui polusi udara serta polusi gas buang dari lalu lintas dikota-kota yang saat ini menjadi masalah mereka.
Disarikan dan dialihbahasakan dari tulisan Alice Park pada Healthland Time edisi 24 Februari 2011 oleh WS Djaka Panungkas
Memiliki kolesterol yang tinggi, obesitas serta tekanan darah yang tinggi secara umum telah diketahui dan dinyatakan sebagai memiliki risiko tinggi untuk terkena serangan penyakit jantung.
Demikian juga dengan seseorang yang cenderung untuk bereaksi keras atau menilai keadaan yang dihadapinya secara berlebihan seperti halnya mudah terpicu untuk marah-marah, terlalu ngoyo dalam melakukan sesuatu atau pekerjaan,serta mudah untuk terjebak kedalam situasi stress.
Tapi baru kali ini ada tim peneliti yang tertarik untuk mengupasnya dari sudut yang lain, yaitu dari sudut resiko yang dapat ditimbulkan oleh keadaan lingkungan seperti halnya pengaruh kualitas udara yang kita hirup.
Untuk dapat mengetahui adanya pengaruh-pengaruh faktor keadaan lingkungan seperti halnya dengan faktor-faktor kepadatan penduduk terhadap kemungkinan terjadi risiko untuk terserang penyakit jantung, para peneliti Belgia dan Swiss secara bersama-sama telah mengkaji hasil penelitian dari 36 proyek penelitian yang secara khusus telah menganalisa berbagai faktor pemicu timbulnya serangan jantung seperti halnya dengan kebiasaan mengonsumsi kafein, beraktivitas fisik berlebihan, berpola makan berlebihan, mudah marah, kebiasaan menggunakan kokain dan lain-lain termasuk masalah polusi udara.
Ketika urutan peringkatnya dibuat, ternyata faktor polusi yang timbul akibat kepadatan lalu lintas yang meningkatkan tekanan darah akibat gas buang dari knalpot kendaraan yang mau tidak mau terhirup, telah merupakan penimbul risiko yang terbesar bagi seseorang untuk mendapat serangan jantung, dengan jumlah persentase kasusnya yang memiliki angka tertinggi, yaitu 7,4%.
Sedangkan yang menduduki peringkat selanjutnya, adalah beraktivitas fisik berlebihan serta polusi udara lain yang masing-masing mencapai 6%, peminum alkohol dan kopi masing-masing 5% serta sejumlah kebiasaan lainnya seperti halnya dengan kebiasaan mudah marah, terlalu mengumbar nafsu sex serta para pengguna mariyuana.
Keadaan polusi udara yang dijadikan acuan pada saat penelitian tersebut, adalah polusi yang berpartikel polutan mulai dari 30 mikrogram (mcg) per-meter kubik keatas. Padahal, standar polusi menurut WHO (World Health Organization) adalah 20 mcg partikel per-meter kubik yaitu setara dengan yang terjadi dibeberapa kota besar di negara Amerika Serikat.
Nyatanya, dari perbedaan yang 10 mcg / meter kubik lebih rendah saja, para peneliti tersebut telah menemukan kenyataan adanya perbedaan kasus terjadinya serangan penyakit jantung yang lebih rendah 2% yaitu hampir sama dengan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menemukan kenyataan bahwa tingkat kematian akibat serangan jantung akan naik sebesar 1,4% untuk setiap kenaikan partikel sebesar 10 mcg / meter kubik.
Seperti yang diungkapkan Andrea Baccarelli dan Emilia Benjamin dari Harvard School of Public Health dalam Lancet bahwa hasil penelitian ini merupakan peringatan agar tidak menganggap remeh faktor resiko yang walaupun tidak terlalu besar atau bahkan kecil sekali sekalipun, jika frekuensi kejadiannya ternyata jauh lebih sering.
Sebagai contoh, penggunaan kokain dinilai sebagai salah satu kontributor terkuat bagi setiap individu untuk memperoleh serangan jantung, dengan catatan bahwa resiko bagi penggunanya untuk memperoleh serangan penyakit jantung ternyata mencapai 24 kali lipat lebih besar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mempergunakannya.
Akan tetapi, karena proporsi pengguna kokaindalam masyarakat jumlahnya pada kenyataannya relatif jauh lebih kecil, maka dari keseluruhan masyarakat yang memperoleh serangan penyakit jantung akibat penggunaan kokain hanya mencapai jumlah yang relatip kecil juga, yaitu berada dibawah 1%.
Tim Nawrot dari The Center for Environmental Sciences pada Hasselt University mengatakan bahwa peran polusi udara sebagai faktor pemicu bagi terjadinya serangan jantung, ternyata memiliki resiko yang setara dengan penyebab-penyebab serangan jantung lainnya, yang telah lama secara klinis terbuktikan serta dinyatakan sebagai faktor-faktor penyebab bagi terjadinya serangan jantung.
Penelitian ini cukup memiliki daya tarik tersendiri, karena telah berhasil mengungkapkan adanya perluasan penyebaran serangan penyakit jantung yang memiliki daya jangkau terhadap kelompok masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu melalui polusi udara serta polusi gas buang dari lalu lintas dikota-kota yang saat ini menjadi masalah mereka.
Disarikan dan dialihbahasakan dari tulisan Alice Park pada Healthland Time edisi 24 Februari 2011 oleh WS Djaka Panungkas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar