/*

Sebuah restoran KFC di California telah membuat poster pada dindingnya yang mungkin dapat membatalkan niat kita untuk makan disitu atau setidaknya mengurungkan niat memakan kentang gorengnya, karena disitu tertulis “Kentang yang dimasak hingga menjadi kecoklatan seperti halnya dengan kentang yang digoreng, dipanggang atau dibuat keripik kentang, pasti akan mengandung akrilamida yang di negara bagian California dikenal sebagai senyawa kimia yang dapat menyebabkan kanker."

Berita menggemparkan mengenai akrilamida ini, pertama kali muncul pada tahun 2002 saat para peneliti Swedia mendeteksi tentang keberadaannya didalam berbagai jenis makanan serta minuman, seperti halnya dengan pada kentang goreng, roti, sereal dan kopi.
Sejak saat itu, peringatan-pun segera disebar luaskan, karena akrilamida merupakan senyawa kimia karsinogen atau penimbul kanker pada hewan dan masalah neurologis pada manusia.
Akrilamida sebenarnya merupakan suatu senyawa kimia yang secara alami akan terbentuk didalam setiap proses pembuatan makanan tertentu, namun keberadaannya baru diketahui dan disadari akhir-akhir ini.

Pada tahun 1912 seorang ahli kimia Prancis Louis Camille Maillard sebenarnya telah menemukannya saat beliau memanaskan asam amino. Namun,pada saat itu hanya terbatas pada dikenal sebagai senyawa kimia yang menimbulkan aroma sedap dan merubah warna pada beberapa makanan seperti halnya dengan yang terjadi pada kulit roti, pretzel, kopi panggang, popcorn, bawang bakar serta kentang goreng, dan merupakan hasil reaksi antara berbagai bentuk gula dengan asam amino.
Setiap akrilamida yang masuk kedalam sistim pencernaan, secara alami akan dianggap tubuh sebagai benda asing yang harus disingkirkan. Sehingga sistim penawar racun akan bekerja menyingkirkannya keluar ari tubuh melalui ginjal, dengan terlebih dahulu mengubahnya menjadi berbentuk glycidamide yang dapat larut dalam urine (air kencing).
Masalahnya adalah karena baik akrilamida maupun glycidamide keduanya merupakan bentuk-bentuk molekul yang sangat reaktif hingga dapat merusak biomolekul penting seperti halnya dengan protein serta asam nukleat. Selain itu, Glycidamide sendiri merupakan karsinogen terhadap sistim reproduksi.
Dalam menebabkan kanker pada hewan, akrilamida sudah tidak diragukan lagi. Akan tetapi, pada manusia belum ditemukan ada bukti-bukti yang menunjang. Karena, dosis yang telah menyebabkan kanker pada hewan ternyata sedikitnya seribu kali lipat lebih dari jumlah akrilamida yang bisa terdapat pada sumber-sumber makanan kita.
Walau demikian, dosis-dosis kecil pada makanan manusia yang tertimbun akan dapat mencapai dosis yang besar hingga menyamai yang telah membahayakan hewan, hingga kemungkinannya tidak dapat dikesampingkan begitu saja.
Itulah sebabnya, sejak deteksi keberadaannya pada makanan tertentu terungkap kembali pada tahun 2002, sejumlah besar penelitian-pun dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Hingga banyak penelitian-penelitianpun dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan adanya hubungan antara keberadaan akrilamida pada makanan yang dikonsumsi dengan berbagai berbagai masalah kanker yang terjadi.
Namun dalam hal ini belum ditemukan data-data yang menunjukan tentang adanya hubungan antara akrilamida yang pada makanan dengan kanker yang terjadi pada manusia.

Bahkan kopi yang menyumbangkan separuh asupan akrilamida, belum pernah ditemukan kaitannya dengan timbulnya berbagai macam kanker pada peminumnya.
Walau demikian, karena akrilamida telah resmi dinyatakan sebagai karsinogen bagi hewan,Dinas Kesehatan di Kanada dalam hal ini telah menambahkannya kedalam daftar zat-zat beracun sekaligus mendesak pihak industri makanan mereka untuk mengurangi atau menghindari adanya kandungan zat kimia tersebut pada hasil-hasil produksi mereka.
Berbagai metodologi untuk menghindarinyapun telah dikembangkan, termasuk dengan melakukan pemanggangan atau penggorengan dengan suhu lebih rendah dari 120 derajat celcius dan mengurangi kadar gula maupun asparagin kedalam bahan makanan yang rentan membentuk akrilamida. Cara lain yang juga dilakukan, adalah dengan menambahkan asparaginase, yaitu suatu enzim yang diisolasi dari strain Aspergillus oryzae yang umum dipergunakan untuk mem-fermentasi kedelai dalam proses pembuatan kecap saat pembuatannya.
Selain itu, untuk dapat mengurangi kandungan akrilamida pada makanan adalah saat memasak atau memanggang makanan yang mengandung karbohidrat, lakukan hanya sampai mereka berwarna keemasan saja. Jadi, jangan sampai membiarkan mereka menjadi berwarna coklat gelap seperti halnya saat membuat keripik atau kentang goreng.

Disarikan dan dialihbahasakan dari tulisan Dr. Joe Schwarcz pada rubrik Chemically Speaking dalam blog The Chemical Institute Of Canada’s oleh WS Djaka Panungkas Alibassa
Sebuah restoran KFC di California telah membuat poster pada dindingnya yang mungkin dapat membatalkan niat kita untuk makan disitu atau setidaknya mengurungkan niat memakan kentang gorengnya, karena disitu tertulis “Kentang yang dimasak hingga menjadi kecoklatan seperti halnya dengan kentang yang digoreng, dipanggang atau dibuat keripik kentang, pasti akan mengandung akrilamida yang di negara bagian California dikenal sebagai senyawa kimia yang dapat menyebabkan kanker."
Berita menggemparkan mengenai akrilamida ini, pertama kali muncul pada tahun 2002 saat para peneliti Swedia mendeteksi tentang keberadaannya didalam berbagai jenis makanan serta minuman, seperti halnya dengan pada kentang goreng, roti, sereal dan kopi.
Sejak saat itu, peringatan-pun segera disebar luaskan, karena akrilamida merupakan senyawa kimia karsinogen atau penimbul kanker pada hewan dan masalah neurologis pada manusia.
Akrilamida sebenarnya merupakan suatu senyawa kimia yang secara alami akan terbentuk didalam setiap proses pembuatan makanan tertentu, namun keberadaannya baru diketahui dan disadari akhir-akhir ini.
Pada tahun 1912 seorang ahli kimia Prancis Louis Camille Maillard sebenarnya telah menemukannya saat beliau memanaskan asam amino. Namun,pada saat itu hanya terbatas pada dikenal sebagai senyawa kimia yang menimbulkan aroma sedap dan merubah warna pada beberapa makanan seperti halnya dengan yang terjadi pada kulit roti, pretzel, kopi panggang, popcorn, bawang bakar serta kentang goreng, dan merupakan hasil reaksi antara berbagai bentuk gula dengan asam amino.
Setiap akrilamida yang masuk kedalam sistim pencernaan, secara alami akan dianggap tubuh sebagai benda asing yang harus disingkirkan. Sehingga sistim penawar racun akan bekerja menyingkirkannya keluar ari tubuh melalui ginjal, dengan terlebih dahulu mengubahnya menjadi berbentuk glycidamide yang dapat larut dalam urine (air kencing).
Masalahnya adalah karena baik akrilamida maupun glycidamide keduanya merupakan bentuk-bentuk molekul yang sangat reaktif hingga dapat merusak biomolekul penting seperti halnya dengan protein serta asam nukleat. Selain itu, Glycidamide sendiri merupakan karsinogen terhadap sistim reproduksi.
Dalam menebabkan kanker pada hewan, akrilamida sudah tidak diragukan lagi. Akan tetapi, pada manusia belum ditemukan ada bukti-bukti yang menunjang. Karena, dosis yang telah menyebabkan kanker pada hewan ternyata sedikitnya seribu kali lipat lebih dari jumlah akrilamida yang bisa terdapat pada sumber-sumber makanan kita.
Walau demikian, dosis-dosis kecil pada makanan manusia yang tertimbun akan dapat mencapai dosis yang besar hingga menyamai yang telah membahayakan hewan, hingga kemungkinannya tidak dapat dikesampingkan begitu saja.
Itulah sebabnya, sejak deteksi keberadaannya pada makanan tertentu terungkap kembali pada tahun 2002, sejumlah besar penelitian-pun dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Hingga banyak penelitian-penelitianpun dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan adanya hubungan antara keberadaan akrilamida pada makanan yang dikonsumsi dengan berbagai berbagai masalah kanker yang terjadi.
Namun dalam hal ini belum ditemukan data-data yang menunjukan tentang adanya hubungan antara akrilamida yang pada makanan dengan kanker yang terjadi pada manusia.
Bahkan kopi yang menyumbangkan separuh asupan akrilamida, belum pernah ditemukan kaitannya dengan timbulnya berbagai macam kanker pada peminumnya.
Walau demikian, karena akrilamida telah resmi dinyatakan sebagai karsinogen bagi hewan,Dinas Kesehatan di Kanada dalam hal ini telah menambahkannya kedalam daftar zat-zat beracun sekaligus mendesak pihak industri makanan mereka untuk mengurangi atau menghindari adanya kandungan zat kimia tersebut pada hasil-hasil produksi mereka.
Berbagai metodologi untuk menghindarinyapun telah dikembangkan, termasuk dengan melakukan pemanggangan atau penggorengan dengan suhu lebih rendah dari 120 derajat celcius dan mengurangi kadar gula maupun asparagin kedalam bahan makanan yang rentan membentuk akrilamida. Cara lain yang juga dilakukan, adalah dengan menambahkan asparaginase, yaitu suatu enzim yang diisolasi dari strain Aspergillus oryzae yang umum dipergunakan untuk mem-fermentasi kedelai dalam proses pembuatan kecap saat pembuatannya.
Selain itu, untuk dapat mengurangi kandungan akrilamida pada makanan adalah saat memasak atau memanggang makanan yang mengandung karbohidrat, lakukan hanya sampai mereka berwarna keemasan saja. Jadi, jangan sampai membiarkan mereka menjadi berwarna coklat gelap seperti halnya saat membuat keripik atau kentang goreng.
Disarikan dan dialihbahasakan dari tulisan Dr. Joe Schwarcz pada rubrik Chemically Speaking dalam blog The Chemical Institute Of Canada’s oleh WS Djaka Panungkas Alibassa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar