/*
Memaksakan diri untuk belajar, bekerja atau melakukan sesuatu yang kita anggap penting lainnya sepanjang malam, sekilas nampaknya tidak akan menimbulkan dampak apa-apa dan merupakan bagian dari perjuangan hidup kita yang tentunya wajar-wajkar saja untuk kita lakukan, dan tidak akan menimbulkan dampak apapun.
Padahal, pada saat adrenalin kita mulai terkuras siang harinya, kita akan mulai merasakan sulitnya untuk dapat tetap mempertahankan kestailan tubuh kita.
Karena dampak dari kurang tidur malam ternyata mempengaruhi kinerja otak kita didalam bereaksi, memperhatikan, serta mengingat (walau hanya suatu informasi pendek sekalipun), bahkan beberapa hasil penelitian ternyata menemukan kenyataan bahwa seorang yang tidak tidur semalaman keadaan dari fungsi otaknya ternyata tidak jauh berbeda dengan keadaan dari fungsi otak seorang yang tengah mengalami mabuk minuman keras.
Padahal, dampaknya akan secara langsung dapat kita rasakan pada keesokan harinya.
Menurut pakar masalah kebutuhan manusia akan tidur yaitu David Dinges, PhD, yang didalam hal ini beliau juga menjabat sebagai kepala bagian dari The Division of Sleep and chronobiology pada The University of Pennsylvania serta merupakan editor dari the journal SLEEP, hal ini merupakan sesuatu yang pasti akan terjadi karena merupakan pola kerja dari jam tubuh atau yang disebut juga sebagai circadian rhythm.
Oleh karena itu, beliau menganjurkan agar jika kita sebelumnya telah terjaga sepanjang malam sebaiknya pada keesokan harinya upayakan agar kita jangan sampai mengemudikan kendaraan.
Karena situasi jalanan yang monoton serta keadaan fisik yang terjadi akibat kurang tidur akan menyebabkan adanya rasa ngantuk yang tidak tertahankan yang dapat membuat tanpa sadar kita tertidur.
Seperti yang terjungkapkan pada jajak pendapat yang dilakukan oleh The National Sleep Foundation tahun 2005, yang memperoleh kenyataan bahwa lebih dari sepertiga peserta jajak pendapat tersebut yang terdiri atas para pengemudi kendaraan dewasa secara jujur mengakui bahwa mereka rata-rata pernah mengalami tanpa tersadari tiba-tiba tertidur di belakang kemudi.
Karena secara alami otak kita akan berusaha untuk menggantikan kebutuhan waktu tidur kita yang hilang pada keesokan harinya.
Didalam suatu penelitian yang dilengkapi dengan alat Functional Magnetik Resonance Imaging (FMRI) terhadap 16 pria muda dewasa yang dicoba untuk tidak tidur selama 35 jam, ternyata mereka secara keseluruhan telah menjadi sangat mengalami kesulitan untuk dapat menjalankan kegiatan rutinnya sehari-hari, seperti halnya pada saat mereka diminta untuk mencoba mengingat sesuatu.
Disisi lain, nampak beberapa bagian dari otak mereka telah menunjukan adanya aktifitas yang sangat berlebihan bila dibandingkan dengan aktifitas normalnya pada saat melakukannya setelah beristirahat dengan baik.
Menurut Rosekind, pemimpin program manajemen kelelahan pada National Aeronautics and Space Administration (NASA), didalam studi yang dilakukannya terhadap para pilot yang melakukan penerbangan transpasifik yang tidur siang selama rata-rata 26 menit setelah kurang tidur semalaman, ternyata kemampuan mereka didalam melakukan aktifitas rutinnya telah mengalami penurunan sekitar 34% nya serta secara fisik nampak sekali adanya tanda-tanda ngantuk pada diri mereka.
Walaupun demikian, tidur siang sekitar 10 menit setelah semalaman mengalami kurang tidur ternyata dampaknya lebih baik daripada tidur lebih lama lagi, misalnya hingga 40 atau 45 menit yang pasti kita akan mengalami rasa tidak nyaman pada kepala yang pada umumnya diistilahkan sebagai mengalami inertia yang selalu akan terjadi jika kita terbangunkanpada saat sedang tidur lelap.
MASALAH MEMINUM KOPI SERTA MINUMAN BERKAFEIN LAINNYA
Dengan meminum kopi atau jenis minuman energi lainnya, kita akan mampu menghilangkan rasa ngantuk akibat kurang tidur. Untuk hal tersebut, rata-rata setiap orang membutuhkan asupan kadar kafein sekitar 100 hingga 200 mg, yaitu tergantung pada keadaan berat badan mereka.
Menurut Rosekind, secangkir kopi rata-rata memiliki 100 mg kafein. Namun, itupun kembali tergantung kepada jumlah takaran kopi yang dimasukannya.
Untuk dapat merasakan efek kafein pada secangkir kopi, rata-rata dibutuhkan waktu sekitar 15 sampai 30 menit dan akan berlangsung sekitar tiga sampai empat jam.
Menurutnya pula, jika kita menggunakan kafein atau meminum kopi setiap jam, maka kita akan dapat menyembunyikan dampak dari kurang tidur kita dengan lebih baik.
Namun, menurutnya cara yang terbaik adalah dengan meminum kafein atau secangkir kopi, lalu tidurlah sekitar 30 menit. Karena dengan cara yang demikian, pada saat kita bangun kembali kita akan merasa lebih segar.
Walaupun demikian, berhati-hatilah karena setelah kita menghentikannya kita bisa menghadapi masalah akibat kafein sebenarnya hanya bersifat menunda pemenuhan kebutuhan tubuh akan tidur saja, hingga setelah pengaruh kafein hilang kita akan kembali mengantuk hingga kita tidak akan mampu untuk berkonsentrasi dengan baik kembali.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 40 orang dewasa muda yang telah 42 jam mengalami kurang tidur, ternyata pada diri mereka telah terjadi penurunan daya ingat sekitar 38%, dan Imaging studi memperlihatkan bahwa bagian otak yang terlibat dalam mengintegrasikan informasi ternyata menjadi tidak aktif pada orang-orang yang kurang tidur.
Karena itu, kenalilah Keterbatasan Kita. Karena, dapat saja kita mencoba untuk menyegarkan diri melalui cipratan air dingin kewajah, menghirup udara segar, menurunkan suhu ruangan tempat kita berada atau langsung mandi serta berdandan.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak akan ada satupun cara yang akan mampu mengelabui tubuh serta otak kita. Karena, perasaan segar yang berhasil kita ciptakan tadi, akan segera lenyap kembali.
Menurut Drummond, dorongan biologis untuk tidur sangat luar biasa hingga tidak mungkin akan dapat ditipu.
Karena, tidur merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan. Sama seperti halnya dengan pentingnya air, oksigen serta makanan.
Disarikan dan di alihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Marill Cohen Michele pada WebMD Feature yang dikaji ulang oleh Laura Martin J., MD
Memaksakan diri untuk belajar, bekerja atau melakukan sesuatu yang kita anggap penting lainnya sepanjang malam, sekilas nampaknya tidak akan menimbulkan dampak apa-apa dan merupakan bagian dari perjuangan hidup kita yang tentunya wajar-wajkar saja untuk kita lakukan, dan tidak akan menimbulkan dampak apapun.
Padahal, pada saat adrenalin kita mulai terkuras siang harinya, kita akan mulai merasakan sulitnya untuk dapat tetap mempertahankan kestailan tubuh kita.
Karena dampak dari kurang tidur malam ternyata mempengaruhi kinerja otak kita didalam bereaksi, memperhatikan, serta mengingat (walau hanya suatu informasi pendek sekalipun), bahkan beberapa hasil penelitian ternyata menemukan kenyataan bahwa seorang yang tidak tidur semalaman keadaan dari fungsi otaknya ternyata tidak jauh berbeda dengan keadaan dari fungsi otak seorang yang tengah mengalami mabuk minuman keras.
Padahal, dampaknya akan secara langsung dapat kita rasakan pada keesokan harinya.
Menurut pakar masalah kebutuhan manusia akan tidur yaitu David Dinges, PhD, yang didalam hal ini beliau juga menjabat sebagai kepala bagian dari The Division of Sleep and chronobiology pada The University of Pennsylvania serta merupakan editor dari the journal SLEEP, hal ini merupakan sesuatu yang pasti akan terjadi karena merupakan pola kerja dari jam tubuh atau yang disebut juga sebagai circadian rhythm.
Oleh karena itu, beliau menganjurkan agar jika kita sebelumnya telah terjaga sepanjang malam sebaiknya pada keesokan harinya upayakan agar kita jangan sampai mengemudikan kendaraan.
Karena situasi jalanan yang monoton serta keadaan fisik yang terjadi akibat kurang tidur akan menyebabkan adanya rasa ngantuk yang tidak tertahankan yang dapat membuat tanpa sadar kita tertidur.
Seperti yang terjungkapkan pada jajak pendapat yang dilakukan oleh The National Sleep Foundation tahun 2005, yang memperoleh kenyataan bahwa lebih dari sepertiga peserta jajak pendapat tersebut yang terdiri atas para pengemudi kendaraan dewasa secara jujur mengakui bahwa mereka rata-rata pernah mengalami tanpa tersadari tiba-tiba tertidur di belakang kemudi.
Karena secara alami otak kita akan berusaha untuk menggantikan kebutuhan waktu tidur kita yang hilang pada keesokan harinya.
Didalam suatu penelitian yang dilengkapi dengan alat Functional Magnetik Resonance Imaging (FMRI) terhadap 16 pria muda dewasa yang dicoba untuk tidak tidur selama 35 jam, ternyata mereka secara keseluruhan telah menjadi sangat mengalami kesulitan untuk dapat menjalankan kegiatan rutinnya sehari-hari, seperti halnya pada saat mereka diminta untuk mencoba mengingat sesuatu.
Disisi lain, nampak beberapa bagian dari otak mereka telah menunjukan adanya aktifitas yang sangat berlebihan bila dibandingkan dengan aktifitas normalnya pada saat melakukannya setelah beristirahat dengan baik.
Menurut Rosekind, pemimpin program manajemen kelelahan pada National Aeronautics and Space Administration (NASA), didalam studi yang dilakukannya terhadap para pilot yang melakukan penerbangan transpasifik yang tidur siang selama rata-rata 26 menit setelah kurang tidur semalaman, ternyata kemampuan mereka didalam melakukan aktifitas rutinnya telah mengalami penurunan sekitar 34% nya serta secara fisik nampak sekali adanya tanda-tanda ngantuk pada diri mereka.
Walaupun demikian, tidur siang sekitar 10 menit setelah semalaman mengalami kurang tidur ternyata dampaknya lebih baik daripada tidur lebih lama lagi, misalnya hingga 40 atau 45 menit yang pasti kita akan mengalami rasa tidak nyaman pada kepala yang pada umumnya diistilahkan sebagai mengalami inertia yang selalu akan terjadi jika kita terbangunkanpada saat sedang tidur lelap.
MASALAH MEMINUM KOPI SERTA MINUMAN BERKAFEIN LAINNYA
Dengan meminum kopi atau jenis minuman energi lainnya, kita akan mampu menghilangkan rasa ngantuk akibat kurang tidur. Untuk hal tersebut, rata-rata setiap orang membutuhkan asupan kadar kafein sekitar 100 hingga 200 mg, yaitu tergantung pada keadaan berat badan mereka.
Menurut Rosekind, secangkir kopi rata-rata memiliki 100 mg kafein. Namun, itupun kembali tergantung kepada jumlah takaran kopi yang dimasukannya.
Untuk dapat merasakan efek kafein pada secangkir kopi, rata-rata dibutuhkan waktu sekitar 15 sampai 30 menit dan akan berlangsung sekitar tiga sampai empat jam.
Menurutnya pula, jika kita menggunakan kafein atau meminum kopi setiap jam, maka kita akan dapat menyembunyikan dampak dari kurang tidur kita dengan lebih baik.
Namun, menurutnya cara yang terbaik adalah dengan meminum kafein atau secangkir kopi, lalu tidurlah sekitar 30 menit. Karena dengan cara yang demikian, pada saat kita bangun kembali kita akan merasa lebih segar.
Walaupun demikian, berhati-hatilah karena setelah kita menghentikannya kita bisa menghadapi masalah akibat kafein sebenarnya hanya bersifat menunda pemenuhan kebutuhan tubuh akan tidur saja, hingga setelah pengaruh kafein hilang kita akan kembali mengantuk hingga kita tidak akan mampu untuk berkonsentrasi dengan baik kembali.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 40 orang dewasa muda yang telah 42 jam mengalami kurang tidur, ternyata pada diri mereka telah terjadi penurunan daya ingat sekitar 38%, dan Imaging studi memperlihatkan bahwa bagian otak yang terlibat dalam mengintegrasikan informasi ternyata menjadi tidak aktif pada orang-orang yang kurang tidur.
Karena itu, kenalilah Keterbatasan Kita. Karena, dapat saja kita mencoba untuk menyegarkan diri melalui cipratan air dingin kewajah, menghirup udara segar, menurunkan suhu ruangan tempat kita berada atau langsung mandi serta berdandan.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak akan ada satupun cara yang akan mampu mengelabui tubuh serta otak kita. Karena, perasaan segar yang berhasil kita ciptakan tadi, akan segera lenyap kembali.
Menurut Drummond, dorongan biologis untuk tidur sangat luar biasa hingga tidak mungkin akan dapat ditipu.
Karena, tidur merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan. Sama seperti halnya dengan pentingnya air, oksigen serta makanan.
Disarikan dan di alihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas dari tulisan Marill Cohen Michele pada WebMD Feature yang dikaji ulang oleh Laura Martin J., MD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar