Hal ini, tentunya bukanlah merupakan sesuatu yang
dengan mudah dapat kita lakukan, karena bagi kita tentunya
tidaklah mungkin akan dapat menghindari sesuatu ataupun tindakan seseorang
yang tidak kita kehendaki hingga tanpa terasa memicu kemarahan kita. Selain hal
tersebut, kita-pun tentunya tidak
akan pernah bisa mengubah suatu situasi yang sedang kita hadapi.
Walaupun demikian, cara ini sedikitnya akan mampu untuk membuat kita sedikitnya
dapat mengendalikan reaksi yang
akan timbul pada diri kita disaat-saat kita menghadapi situasi yang seperti
itu.
Menurut Jerry Deffenbacher, Ph.D., seorang psikolog yang secara
khusus membidangi masalah manajemen kemarahan, pada
dasarnya ada para pemarah yang cenderung jauh lebih 'pemarah' dari yang lainnya, yaitu mereka-mereka yang
lebih cenderung untuk selalu berada
dalam keadaan marah-marah.
Walau
demikian, ada juga para pemarah yang tidak terlalu memperlihatkan kemarahannya,
yaitu mereka yang mudah
tersinggung dan berbicaranya
selalu ketus. Yang disebut sebagai seorang pemarah, juga tidak harus merupakan seseorang yang harus
selalu mencetuskan kemarahannya dengan mengeluarkan maki-makian, menggebrak
meja atau membanting sesuatu, tetapi hanya dengan cara bersikap untuk tidak mau
bergaul lagi, atau merajuk serta nampak menjadi sering sakit.
Pemarah, umumnya memiliki apa yang oleh beberapa psikolog diistilahkan sebagai memiliki toleransi rendah terhadap frustrasi. Artinya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk
menghadapi sesuatu yang menyebabkan dirinya frustrasi,
menyebabkan dirinya merasa tidak nyaman atau merasa dirinya terganggu. Mereka merupakan
orang-orang yang tidak memiliki
kemampuan untuk menghadapi suatu keadaan dengan tenang dan menjadi sangat marah jika situasi yang sedang dihadapinya dianggapnya
sebagai tidak menyenangkan dirinya, apa lagi jika dirinya sampai menerima
kritikan dari pihak yang lain, walau sekecil apapun kritikan tersebut.
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi
pemarah. Seperti halnya yang diakibatkan
oleh adanya faktor keturunan atau fisiologis, adanya pengaruh sosial dan budaya
yang lebih menganggap kemarahan sebagai sesuatu yang negatip akan tetapi
kecemasan, depresi dan bentuk-bentuk emosi yang lainnya malah diterima sebagai
sesuatu yang wajar, yang telah mengakibatkan cara untuk dapat mengatasi
serta menyalurkannya agar menjadi sesuatu yang membangu tidak banyak diketahui.
Sedangkan
peran serta latar belakang keluarga merupakan
salah satu faktor diantara penyebabnya. Karena pada umumnya orang-orang yang mudah marah ternyata cenderung
berasal dari keluarga-keluarga yang kehidupannya kurang harmonis, kacau serta kurang memiliki komunikasi yang baik.
Sebagai jalan
keluarnya, pikirkanlah apa yang sebenarnya
sering membuat kita menjadi marah, lalu usahakan untuk mengembangkan cara-cara yang
diperlukan untuk dapat mengatasinya dengan sebaik-baiknya, misalnya dengan :
· Hiruplah
napas dalam-dalam.
· Perlahan-lahan
katakanlah secara berulang-ulang didalam hati kata “tenang” atau “sudahlah”, disaat
sedang menghirup napas dalam-dalam tersebut.
· Selanjutnya,
usahakan untuk mengenang kembali salah satu kejadian dimasa lampau yang saat
itu membuat diri kita merasa tenang serta tentram.
Latihlah hal-hal tersebut setiap hari, agar Anda kelak dapat melakukannya
secara otomatis disaat anda benar-benar membutuhkannya kelak.
Seseorang
yang sedang marah, umumnya memiliki kecenderungan untuk memaki-maki, mengomel
atau bersumpah serapah sesuai dengan yang dipikirkannya pada saat itu. Dan pada
saat marah, pikirannya akan menjadi sangat berlebih-lebihan.
Karena
itu, cobalah untuk merubah pola berpikir yang kita miliki menjadi lebih
rasional, Misalnya pikiran yang cenderung untuk menilai sesuatu sebagai suatu
yang keterlaluan, tidak menyenangkan atau menganggu, menjadi “walau memang
mengecewakan, tetapi masih bukan akhir dari segala-galanya” serta sadari bahwa
lontaran kemarahan yang kita lakukan tidak akan pernah dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi..
Hati-hati didalam mempergunakan kata-kata "tidak" atau
"selalu" pada saat membicarakan
sesuatu baik mengenai diri sendiri maupun mengenai pihak yang lain. Demikian
juga dengan mempergunakan kata-kata
“Anda ini selalu saja lupa”, karena bukan saja hal
tersebut sebenarnya tidak tepat, akan tetapi kata-kata itu juga mengesankan
bahwa Anda benar-benar yakin bahwa apa yang sedang Anda marahkan itu merupakan sesuatu
yang layak untuk dilakukan hingga tidak ada cara yang lain lagi yang harus
dilakukan didalam mengatasi masalahnya, selain harus marah-marah. Padahal,
dengan melakukan hal tersebut sebenarnya kita telah menghina dan menganggap
remeh orang lain.
Hindari
kebiasaan untuk mengucapkan bahwa “Kamu selalu saja .....”, “Kamu adalah orang, yang paling tidak
memiliki tanggung jawab" atau "yang paling tidak mau mengerti masalah dari antara
orang-orang yang pernah saya jumpai
". Karena, sebagai hasilnya
kelak hal tersebut hanya akan menimbulkan adanya perasaan marah serta rasa
tersakiti hati pada pihak yang lain. Didalam hal ini, cobalah cari suatu cara yang lebih baik untuk dapat
menanggulangi masalah yang ada, akan tetapi yang tanpa akan menimbulkan masalah
bagi pihak manapun, agar selain masalah yang ada dapat diatasi tanpa harus
merusak hubungan kita dengan pihak lain.
Ingatlah
bahwa dengan cara marah-marah kita tidak pernah akan berhasil memperbaiki hal apapun, apalagi mampu menjadikan keadaan diri kita
menjadi jauh lebih baik.
Untuk hal
tersebut, usahakan agar kita selalu berpegang pada dasar logika didalam usaha untuk dapat mengatasi suatu kemarahan, walaupun pada saat itu kita memang
sebenarnya layak untuk menjadi marah. Karena, jika kemarahan sampai kita biarkan
untuk terus berkembang, maka cara berpikir kita akan berubah menjadi tidak
rasional lagi.
Jadi, sedapat
mungkin redakan perasaan yang pada saat itu bergejolak dan kendalikan pikiran
agar menjadi lebih didasari oleh logika tentang apa yang sebenarnya seharusnya sebaiknya
dilakukan, daripada membiarkan emosi menguasai diri Anda.
Saat
marah, seseorang cenderung untuk menuntut diperlakukan secara adil, dihargai,
disetujui serta menginginkan agar segala sesuatu yang diinginkannya berlangsung
dengan baik. Padahal, didalam kenyataannya hampir setiap orang pada dasarnya menginginkan
hal serupa, yang akan menjadikannya merasa
tersinggung atau kecewa apabila ternyata apa yang diinginkan olehnya sampai
tidak dapat terwujudkan.
Hingga
didalam berusaha untuk merubah kebiasaan dari sebagai seorang yang pemarah, kita harus mau menyadari sifat bawaan kita saat itu tersebut
sekaligus mau membulatkan tekad untuk merubah apapun yang kita harapkan menjadi sesuatu yang kita inginkan.
Atau
dengan kata lain, biasakanlah diri kita untuk merubah apa yang kita pikirkan
atau ungkapkan sebagai "keinginan saya", karena dampaknya akan jauh
lebih baik daripada berpikir atau mengungkapkan “saya minta” atau “Anda harus”. Karena,
dengan melakukan hal tersebut maka jika disuatu saat apa yang kita harapkan
tersebut tidak sampai dapat terwujudkan, maka yang akan timbul didalam hati kita
hanyalah sesuatu yang berbentuk reaksi-reaksi normal biasa seperti halnya dengan timbulnya rasa frustasi,
kecewa ataupun kesal saja bukan marah-marah.
Walau memang ada sementara orang yang memiliki pendapat bahwa dengan melepaskan
kemarahan perasaan mengganjal dalam diri kita juga akan otomatis terlepaskan,
akan tetapi didalam kenyataannya perasaan kesal yang ada tersebut tidak pernah akan
secara serta merta akan langsung hilang dari pikiran kita.
TIPS AGAR
KITA TIDAK TERJEBAK KEDALAM HAL-HAL MENYULITKAN :
·
Mengatur Waktu
Aturlah waktu yang setepat-tepatnya
untuk membicarakan hal-hal yang penting agar pembicaraan yang akan dilakukan tersebut tidak
akan berubah menjadi suatu arena perdebatan yang tidak produktip sebagai akibat
dari adanya pengaruh rasa lelah atau ada yang merasa terganggu waktunya.
·
Bersikap Tenang
Walau bagaimanapun juga
keadaan yang sedang dihadapi, usahakan agar kita tetap tenang dalam
menghadapinya.
·
Mencari Jalan Alternatif
Didalam mencari jalan untuk mencapai
suatu tujuan, janganlah kita menjadi hanya terpaku pada penggunaan jalan yang umum
dilakukan saja, akan tetapi usahakan untuk mencari jalan alternatip yang jauh lebih
baik serta tidak akan membuat kita menjadi terjebak didalam masalah.
Disarikan dan dialihbahasakan dari WebMD Medical News 17 Desember
2002
Hal ini, tentunya bukanlah merupakan sesuatu yang
dengan mudah dapat kita lakukan, karena bagi kita tentunya
tidaklah mungkin akan dapat menghindari sesuatu ataupun tindakan seseorang
yang tidak kita kehendaki hingga tanpa terasa memicu kemarahan kita. Selain hal
tersebut, kita-pun tentunya tidak
akan pernah bisa mengubah suatu situasi yang sedang kita hadapi.
Walaupun demikian, cara ini sedikitnya akan mampu untuk membuat kita sedikitnya
dapat mengendalikan reaksi yang
akan timbul pada diri kita disaat-saat kita menghadapi situasi yang seperti
itu.
Menurut Jerry Deffenbacher, Ph.D., seorang psikolog yang secara
khusus membidangi masalah manajemen kemarahan, pada
dasarnya ada para pemarah yang cenderung jauh lebih 'pemarah' dari yang lainnya, yaitu mereka-mereka yang
lebih cenderung untuk selalu berada
dalam keadaan marah-marah.
Walau
demikian, ada juga para pemarah yang tidak terlalu memperlihatkan kemarahannya,
yaitu mereka yang mudah
tersinggung dan berbicaranya
selalu ketus. Yang disebut sebagai seorang pemarah, juga tidak harus merupakan seseorang yang harus
selalu mencetuskan kemarahannya dengan mengeluarkan maki-makian, menggebrak
meja atau membanting sesuatu, tetapi hanya dengan cara bersikap untuk tidak mau
bergaul lagi, atau merajuk serta nampak menjadi sering sakit.
Pemarah, umumnya memiliki apa yang oleh beberapa psikolog diistilahkan sebagai memiliki toleransi rendah terhadap frustrasi. Artinya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk
menghadapi sesuatu yang menyebabkan dirinya frustrasi,
menyebabkan dirinya merasa tidak nyaman atau merasa dirinya terganggu. Mereka merupakan
orang-orang yang tidak memiliki
kemampuan untuk menghadapi suatu keadaan dengan tenang dan menjadi sangat marah jika situasi yang sedang dihadapinya dianggapnya
sebagai tidak menyenangkan dirinya, apa lagi jika dirinya sampai menerima
kritikan dari pihak yang lain, walau sekecil apapun kritikan tersebut.
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi
pemarah. Seperti halnya yang diakibatkan
oleh adanya faktor keturunan atau fisiologis, adanya pengaruh sosial dan budaya
yang lebih menganggap kemarahan sebagai sesuatu yang negatip akan tetapi
kecemasan, depresi dan bentuk-bentuk emosi yang lainnya malah diterima sebagai
sesuatu yang wajar, yang telah mengakibatkan cara untuk dapat mengatasi
serta menyalurkannya agar menjadi sesuatu yang membangu tidak banyak diketahui.
Sedangkan
peran serta latar belakang keluarga merupakan
salah satu faktor diantara penyebabnya. Karena pada umumnya orang-orang yang mudah marah ternyata cenderung
berasal dari keluarga-keluarga yang kehidupannya kurang harmonis, kacau serta kurang memiliki komunikasi yang baik.
Sebagai jalan
keluarnya, pikirkanlah apa yang sebenarnya
sering membuat kita menjadi marah, lalu usahakan untuk mengembangkan cara-cara yang
diperlukan untuk dapat mengatasinya dengan sebaik-baiknya, misalnya dengan :
· Hiruplah
napas dalam-dalam.
· Perlahan-lahan
katakanlah secara berulang-ulang didalam hati kata “tenang” atau “sudahlah”, disaat
sedang menghirup napas dalam-dalam tersebut.
· Selanjutnya,
usahakan untuk mengenang kembali salah satu kejadian dimasa lampau yang saat
itu membuat diri kita merasa tenang serta tentram.
Latihlah hal-hal tersebut setiap hari, agar Anda kelak dapat melakukannya
secara otomatis disaat anda benar-benar membutuhkannya kelak.
Seseorang
yang sedang marah, umumnya memiliki kecenderungan untuk memaki-maki, mengomel
atau bersumpah serapah sesuai dengan yang dipikirkannya pada saat itu. Dan pada
saat marah, pikirannya akan menjadi sangat berlebih-lebihan.
Karena
itu, cobalah untuk merubah pola berpikir yang kita miliki menjadi lebih
rasional, Misalnya pikiran yang cenderung untuk menilai sesuatu sebagai suatu
yang keterlaluan, tidak menyenangkan atau menganggu, menjadi “walau memang
mengecewakan, tetapi masih bukan akhir dari segala-galanya” serta sadari bahwa
lontaran kemarahan yang kita lakukan tidak akan pernah dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi..
Hati-hati didalam mempergunakan kata-kata "tidak" atau
"selalu" pada saat membicarakan
sesuatu baik mengenai diri sendiri maupun mengenai pihak yang lain. Demikian
juga dengan mempergunakan kata-kata
“Anda ini selalu saja lupa”, karena bukan saja hal
tersebut sebenarnya tidak tepat, akan tetapi kata-kata itu juga mengesankan
bahwa Anda benar-benar yakin bahwa apa yang sedang Anda marahkan itu merupakan sesuatu
yang layak untuk dilakukan hingga tidak ada cara yang lain lagi yang harus
dilakukan didalam mengatasi masalahnya, selain harus marah-marah. Padahal,
dengan melakukan hal tersebut sebenarnya kita telah menghina dan menganggap
remeh orang lain.
Hindari
kebiasaan untuk mengucapkan bahwa “Kamu selalu saja .....”, “Kamu adalah orang, yang paling tidak
memiliki tanggung jawab" atau "yang paling tidak mau mengerti masalah dari antara
orang-orang yang pernah saya jumpai
". Karena, sebagai hasilnya
kelak hal tersebut hanya akan menimbulkan adanya perasaan marah serta rasa
tersakiti hati pada pihak yang lain. Didalam hal ini, cobalah cari suatu cara yang lebih baik untuk dapat
menanggulangi masalah yang ada, akan tetapi yang tanpa akan menimbulkan masalah
bagi pihak manapun, agar selain masalah yang ada dapat diatasi tanpa harus
merusak hubungan kita dengan pihak lain.
Ingatlah
bahwa dengan cara marah-marah kita tidak pernah akan berhasil memperbaiki hal apapun, apalagi mampu menjadikan keadaan diri kita
menjadi jauh lebih baik.
Untuk hal
tersebut, usahakan agar kita selalu berpegang pada dasar logika didalam usaha untuk dapat mengatasi suatu kemarahan, walaupun pada saat itu kita memang
sebenarnya layak untuk menjadi marah. Karena, jika kemarahan sampai kita biarkan
untuk terus berkembang, maka cara berpikir kita akan berubah menjadi tidak
rasional lagi.
Jadi, sedapat
mungkin redakan perasaan yang pada saat itu bergejolak dan kendalikan pikiran
agar menjadi lebih didasari oleh logika tentang apa yang sebenarnya seharusnya sebaiknya
dilakukan, daripada membiarkan emosi menguasai diri Anda.
Saat
marah, seseorang cenderung untuk menuntut diperlakukan secara adil, dihargai,
disetujui serta menginginkan agar segala sesuatu yang diinginkannya berlangsung
dengan baik. Padahal, didalam kenyataannya hampir setiap orang pada dasarnya menginginkan
hal serupa, yang akan menjadikannya merasa
tersinggung atau kecewa apabila ternyata apa yang diinginkan olehnya sampai
tidak dapat terwujudkan.
Hingga
didalam berusaha untuk merubah kebiasaan dari sebagai seorang yang pemarah, kita harus mau menyadari sifat bawaan kita saat itu tersebut
sekaligus mau membulatkan tekad untuk merubah apapun yang kita harapkan menjadi sesuatu yang kita inginkan.
Atau
dengan kata lain, biasakanlah diri kita untuk merubah apa yang kita pikirkan
atau ungkapkan sebagai "keinginan saya", karena dampaknya akan jauh
lebih baik daripada berpikir atau mengungkapkan “saya minta” atau “Anda harus”. Karena,
dengan melakukan hal tersebut maka jika disuatu saat apa yang kita harapkan
tersebut tidak sampai dapat terwujudkan, maka yang akan timbul didalam hati kita
hanyalah sesuatu yang berbentuk reaksi-reaksi normal biasa seperti halnya dengan timbulnya rasa frustasi,
kecewa ataupun kesal saja bukan marah-marah.
Walau memang ada sementara orang yang memiliki pendapat bahwa dengan melepaskan
kemarahan perasaan mengganjal dalam diri kita juga akan otomatis terlepaskan,
akan tetapi didalam kenyataannya perasaan kesal yang ada tersebut tidak pernah akan
secara serta merta akan langsung hilang dari pikiran kita.
TIPS AGAR
KITA TIDAK TERJEBAK KEDALAM HAL-HAL MENYULITKAN :
·
Mengatur Waktu
Aturlah waktu yang setepat-tepatnya
untuk membicarakan hal-hal yang penting agar pembicaraan yang akan dilakukan tersebut tidak
akan berubah menjadi suatu arena perdebatan yang tidak produktip sebagai akibat
dari adanya pengaruh rasa lelah atau ada yang merasa terganggu waktunya.
·
Bersikap Tenang
Walau bagaimanapun juga
keadaan yang sedang dihadapi, usahakan agar kita tetap tenang dalam
menghadapinya.
·
Mencari Jalan Alternatif
Didalam mencari jalan untuk mencapai
suatu tujuan, janganlah kita menjadi hanya terpaku pada penggunaan jalan yang umum
dilakukan saja, akan tetapi usahakan untuk mencari jalan alternatip yang jauh lebih
baik serta tidak akan membuat kita menjadi terjebak didalam masalah.
Disarikan dan dialihbahasakan dari WebMD Medical News 17 Desember
2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar