Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Ohio State University telah berhasil membuktikan bahwa stress yang dialami oleh hampir setiap pasien penderita kanker payudara baik yang diakibatkan oleh hasil diagnosa keadaan mereka maupun terapi yang harus mereka jalani dapat memperlemah sistim kekebalan tubuh mereka.
Para peneliti tersebut memperoleh kenyataan bahwa setiap pasien yang menanggapi diagnosa maupun terapi yang dilakukan terhadap mereka dengan penuh kedemasan ternyata keadaan kinerja sistim kekebalan tubuh mereka menjadi jauh lebih rendah hingga 3 (tiga) kali lipat dari mereka yang tidak terlalu mencemaskan keadaan dirinya.
Hasilnya, ternyata cukup mengejutkan, karena dengan jelas telah menunjukkan tentang adanya hubungan keterkaitan diantara faktor kecemasan tinggi yang dimiliki mereka saat itu dengan keadaan rendahnya tiingkat sistim kekebalan tubuh pada diri mereka ,seperti yang diungkapkan oleh Barbara Andersen seorang profesor dibidang obstetrics serta gynecology pada Ohio State University yang memimpin penelitian tersebut.
Andersen, yang juga anggota dari Ohio States Institute for Behavioral Medicine Research and Comprehensive Cancer Center telah melaporkan hasil timnya ini pada pertemuan tahunan the American Association for the Advancement of Science di Seattle.
Didalam penelitian ini, Anderson telah melakukan penelitian tersebut bersama-sama dengan Ronald Glaser seorang profesor bidang mikrobiologi dan imunologi, dan William Farrar seorang profesor dibidang bedah pada Ohio State University.
Didalam studi yang mereka lakukan tersebut, mereka telah melibatkan 115 orang wanita penderita kanker payudara stadium dua dan tiga yang dirawat di Arthur G. James Cancer Hospital and Research Institute serta berkolaborasi dengan dokter-dokter yang berada di daerah Columbus
Para wanita penderita kanker payudara tersebut, mulai disertakan kedalam penelitian tersebut setelah mereka menjalani pembedahan tetapi sebelum mereka menjalani terapi tambahan lainnya.
Para penderita tersebut sebelumnya diminta untuk mengisi kuesioner-kuesioner yang mampu menggali suasana hati mereka karena mengalami penyakit tersebut.
Para peneliti kemudian menguji para wanita tersebut untuk mendapatkan tanda-tanda aktifitas fungsi sistim kekebalan tubuh mereka. Salah satunya adalah uji fungsi natural killer (NK) yaitu fungsi kemampuan tubuh alami dalam mencari serta membunuh sel-sel target.
Sel Natural Killer memiliki fungsi yang sangat penting karena mereka mampu mendeteksi serta membunuh sel-sel kankertersebut,ungkap kata Andersen.
Kami menemukan kenyataan bahwa tingkat stres yang tinggi sebenarnya tidak mengurangi jumlah sel NK, tetapi stres telah membuat sel-sel NK tersebut bekerja kurang efektif.
Pasien juga diuji untuk mengetahui bagaimana mereka bereaksi terhadap interferon gamma, yaitu suatu protein yang merangsang sel-sel NK untuk melakukan pekerjaan mereka.
Uji sistem kekebalan yang ketiga adalah untuk menentukan seberapa jauh sel darah melakukan replikasi saat menghadapi dua bahan kimia - ConA dan PHA yang dimasukan kedalam tubuh.
Dalam dua tes terakhir tersebut, para wanita yang dihinggapi kecemasan berlebihan telah menunjukan keadaan semakin melemahnya respon sistim kekebalan tubuh mereka.
Keadaan ini tetap bertahan bahkan hingga setelah para peneliti tersebut mulai memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi imunitas para pasien penderita kanker payudara tersebut, termasuk usia dari para pasien tersebut, keparahan penyakit yang dideritanya dan keadaan fisik mereka paska oprasi.
Hasil ini ternyata sesuai dengan hasil studi yang telah dilakukan oleh Glaser serta para peneliti lainnya yang juga berhasil menemukan kaitan antara stres dengan kinerja fungsi sistim kekebalan tubuh pada individu-individu yang relatif sehat.
Dan penelitian inipun telah berhasil menunjukan adanya hubungan yang sama diantara stres dengan fungsi kekebalan tubuh tetapi pada para penderita kanker, kata Andersen.
Para peneliti dalam hal ini mulai melihat kemungkinan memanfaatkan penggunaan intervensi psikologis untuk mengurangi stres para penderita kanker payudara tersebut, agar mampu meningkatkan keadaan serta kinerja dari sistim kekebalan tubuh mereka tersebut.
Intervensi psikologis mungkin dapat berperanan penting dalam hal ini, karena selain akan meningkatkan kualitas hidup mereka, juga akan mampu meningkatkan kesehatan para penderita kanker payudaratersebut, kata Andersen. Dan itulah yang saat ini sedang kita lakukan saat ini.
Disarikan dan dialihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas Alibassa dari tulisan Jeff Grabmeier (Ohio State University).
Para peneliti tersebut memperoleh kenyataan bahwa setiap pasien yang menanggapi diagnosa maupun terapi yang dilakukan terhadap mereka dengan penuh kedemasan ternyata keadaan kinerja sistim kekebalan tubuh mereka menjadi jauh lebih rendah hingga 3 (tiga) kali lipat dari mereka yang tidak terlalu mencemaskan keadaan dirinya.
Hasilnya, ternyata cukup mengejutkan, karena dengan jelas telah menunjukkan tentang adanya hubungan keterkaitan diantara faktor kecemasan tinggi yang dimiliki mereka saat itu dengan keadaan rendahnya tiingkat sistim kekebalan tubuh pada diri mereka ,seperti yang diungkapkan oleh Barbara Andersen seorang profesor dibidang obstetrics serta gynecology pada Ohio State University yang memimpin penelitian tersebut.
Andersen, yang juga anggota dari Ohio States Institute for Behavioral Medicine Research and Comprehensive Cancer Center telah melaporkan hasil timnya ini pada pertemuan tahunan the American Association for the Advancement of Science di Seattle.
Didalam penelitian ini, Anderson telah melakukan penelitian tersebut bersama-sama dengan Ronald Glaser seorang profesor bidang mikrobiologi dan imunologi, dan William Farrar seorang profesor dibidang bedah pada Ohio State University.
Didalam studi yang mereka lakukan tersebut, mereka telah melibatkan 115 orang wanita penderita kanker payudara stadium dua dan tiga yang dirawat di Arthur G. James Cancer Hospital and Research Institute serta berkolaborasi dengan dokter-dokter yang berada di daerah Columbus
Para wanita penderita kanker payudara tersebut, mulai disertakan kedalam penelitian tersebut setelah mereka menjalani pembedahan tetapi sebelum mereka menjalani terapi tambahan lainnya.
Para penderita tersebut sebelumnya diminta untuk mengisi kuesioner-kuesioner yang mampu menggali suasana hati mereka karena mengalami penyakit tersebut.
Para peneliti kemudian menguji para wanita tersebut untuk mendapatkan tanda-tanda aktifitas fungsi sistim kekebalan tubuh mereka. Salah satunya adalah uji fungsi natural killer (NK) yaitu fungsi kemampuan tubuh alami dalam mencari serta membunuh sel-sel target.
Sel Natural Killer memiliki fungsi yang sangat penting karena mereka mampu mendeteksi serta membunuh sel-sel kankertersebut,ungkap kata Andersen.
Kami menemukan kenyataan bahwa tingkat stres yang tinggi sebenarnya tidak mengurangi jumlah sel NK, tetapi stres telah membuat sel-sel NK tersebut bekerja kurang efektif.
Pasien juga diuji untuk mengetahui bagaimana mereka bereaksi terhadap interferon gamma, yaitu suatu protein yang merangsang sel-sel NK untuk melakukan pekerjaan mereka.
Uji sistem kekebalan yang ketiga adalah untuk menentukan seberapa jauh sel darah melakukan replikasi saat menghadapi dua bahan kimia - ConA dan PHA yang dimasukan kedalam tubuh.
Dalam dua tes terakhir tersebut, para wanita yang dihinggapi kecemasan berlebihan telah menunjukan keadaan semakin melemahnya respon sistim kekebalan tubuh mereka.
Keadaan ini tetap bertahan bahkan hingga setelah para peneliti tersebut mulai memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi imunitas para pasien penderita kanker payudara tersebut, termasuk usia dari para pasien tersebut, keparahan penyakit yang dideritanya dan keadaan fisik mereka paska oprasi.
Hasil ini ternyata sesuai dengan hasil studi yang telah dilakukan oleh Glaser serta para peneliti lainnya yang juga berhasil menemukan kaitan antara stres dengan kinerja fungsi sistim kekebalan tubuh pada individu-individu yang relatif sehat.
Dan penelitian inipun telah berhasil menunjukan adanya hubungan yang sama diantara stres dengan fungsi kekebalan tubuh tetapi pada para penderita kanker, kata Andersen.
Para peneliti dalam hal ini mulai melihat kemungkinan memanfaatkan penggunaan intervensi psikologis untuk mengurangi stres para penderita kanker payudara tersebut, agar mampu meningkatkan keadaan serta kinerja dari sistim kekebalan tubuh mereka tersebut.
Intervensi psikologis mungkin dapat berperanan penting dalam hal ini, karena selain akan meningkatkan kualitas hidup mereka, juga akan mampu meningkatkan kesehatan para penderita kanker payudaratersebut, kata Andersen. Dan itulah yang saat ini sedang kita lakukan saat ini.
Disarikan dan dialihbahasakan oleh WS Djaka Panungkas Alibassa dari tulisan Jeff Grabmeier (Ohio State University).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar