/*

Dengan memakan sebuah apel dalam sehari, kita dapat membuat diri kita menjadi jarang mengalami sakit yang memaksa kita harus ke dokter, akan tetapi dengan cara memakan pisang dalam satu hari sekali, kita akan dapat mengindarkan diri dari serangan stroke.
Ini merupakan sesuatu ditemukan didalam suatu penelitian baru-baru ini, bahwa seseorang yang tidak kekurangan kalium didalam asupan makanan yang mereka konsumsi, ternyata memiliki kecenderungan untuk mengalami stroke.
Suatu hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Neurology edisi 13 Agustus 2002, telah memperoleh suatu kenyataan bahwa seseorang dengan tingkat kalium yang rendah dalam pola makan mereka, ternyata memiliki kecenderungan untuk menderita stroke 1,5 kali lebih besar dari mereka yang memiliki pola makan yang memiliki kandungan kalium tinggi.
Pisang adalah salah satu makanan yang merupakan sumber kalium yang paling terkenal selain alpukat, jeruk, sayuran berdaun hijau, susu, serta kacang-kacangan.
Didalam studi tersebut, para peneliti mengikut sertakan 5.600 yang terdiri dari pria maupun wanita yang berusia di atas 65 tahun dan belum pernah mengalami stroke. Dan selama empat sampai enam tahun, mereka juga melacak jumlah kalium yang dikonsumsi oleh masyarakat, tingkat kalium yang terdapat dalam darah mereka, serta obat-obat diuretik yang mereka pergunakan (Obat-obat diuretik merupakan obat-obat yang biasa dipergunakan untuk mengobati mereka yang mengalami tekanan darah tinggi, gagal jantung, serta penyakit ginjal, karena obat-obat ini bekerja meningkatkan produksi urine oleh ginjal hingga mengurangi jumlah air didalam tubuh, dengan efek samping yang umum ditimbulkannya berupa penurunan kadar potasium atau kalium didalam tubuh).
Para peneliti tersebut, ternyata telah menemukan menemukan kenyataan bahwa mereka mempergunakan diuretik dan membiarkan tingkat kalium mereka didalam darah menurun memiliki kemungkinan untuk mengalami stroke 2,5 kali lebih besar daripada para pengguna diuretik yang mendapatkan asupan potasium atau kalium yang tinggi.

Namun para peneliti tersebut yaitu Deborah M. Green, MD, dan rekan-rekannya dari Institut Neuroscience The Queen's Medical Center di Honolulu mengatakan, bahwa dari hasil temuan tersebut bukanlah berarti bahwa menggunakan diuretik dapat menyebabkan kemungkinan untuk mengalami stroke. Karena, penggunaan diuretik akan menjadi lebih efektif apabila disertai dengan asupan kalium yang memadai.
Dalam sebuah editorial, Steven R. Levine, MD, dan Bruce M. Coull, MD, mengatakan bahwa hal ini sangat penting bagi siapapun yang kondisinya sudah berada pada kemungkitan besar untuk mengalami stroke seperti para penderita diabet, memiliki denyut jantung yang tidak teratur (atrial fibrilasi), serta perokok. Dan para peneliti tersebut mengatakan bahwa masih diperlukan studi lebih lanjut lagi untuk mengetahui apakah peningkatan asupan kalium atau suplemen yang mengandung kalium menggunakan kalium juga akan dapat mencegah stroke.
Disarikan dan dialih bahasakan oleh WS Djaka Panungkas sari WebMD Medical News edisi 29 Agustus 2002.
Dengan memakan sebuah apel dalam sehari, kita dapat membuat diri kita menjadi jarang mengalami sakit yang memaksa kita harus ke dokter, akan tetapi dengan cara memakan pisang dalam satu hari sekali, kita akan dapat mengindarkan diri dari serangan stroke.
Ini merupakan sesuatu ditemukan didalam suatu penelitian baru-baru ini, bahwa seseorang yang tidak kekurangan kalium didalam asupan makanan yang mereka konsumsi, ternyata memiliki kecenderungan untuk mengalami stroke.
Suatu hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Neurology edisi 13 Agustus 2002, telah memperoleh suatu kenyataan bahwa seseorang dengan tingkat kalium yang rendah dalam pola makan mereka, ternyata memiliki kecenderungan untuk menderita stroke 1,5 kali lebih besar dari mereka yang memiliki pola makan yang memiliki kandungan kalium tinggi.
Pisang adalah salah satu makanan yang merupakan sumber kalium yang paling terkenal selain alpukat, jeruk, sayuran berdaun hijau, susu, serta kacang-kacangan.
Didalam studi tersebut, para peneliti mengikut sertakan 5.600 yang terdiri dari pria maupun wanita yang berusia di atas 65 tahun dan belum pernah mengalami stroke. Dan selama empat sampai enam tahun, mereka juga melacak jumlah kalium yang dikonsumsi oleh masyarakat, tingkat kalium yang terdapat dalam darah mereka, serta obat-obat diuretik yang mereka pergunakan (Obat-obat diuretik merupakan obat-obat yang biasa dipergunakan untuk mengobati mereka yang mengalami tekanan darah tinggi, gagal jantung, serta penyakit ginjal, karena obat-obat ini bekerja meningkatkan produksi urine oleh ginjal hingga mengurangi jumlah air didalam tubuh, dengan efek samping yang umum ditimbulkannya berupa penurunan kadar potasium atau kalium didalam tubuh).
Para peneliti tersebut, ternyata telah menemukan menemukan kenyataan bahwa mereka mempergunakan diuretik dan membiarkan tingkat kalium mereka didalam darah menurun memiliki kemungkinan untuk mengalami stroke 2,5 kali lebih besar daripada para pengguna diuretik yang mendapatkan asupan potasium atau kalium yang tinggi.
Namun para peneliti tersebut yaitu Deborah M. Green, MD, dan rekan-rekannya dari Institut Neuroscience The Queen's Medical Center di Honolulu mengatakan, bahwa dari hasil temuan tersebut bukanlah berarti bahwa menggunakan diuretik dapat menyebabkan kemungkinan untuk mengalami stroke. Karena, penggunaan diuretik akan menjadi lebih efektif apabila disertai dengan asupan kalium yang memadai.
Dalam sebuah editorial, Steven R. Levine, MD, dan Bruce M. Coull, MD, mengatakan bahwa hal ini sangat penting bagi siapapun yang kondisinya sudah berada pada kemungkitan besar untuk mengalami stroke seperti para penderita diabet, memiliki denyut jantung yang tidak teratur (atrial fibrilasi), serta perokok. Dan para peneliti tersebut mengatakan bahwa masih diperlukan studi lebih lanjut lagi untuk mengetahui apakah peningkatan asupan kalium atau suplemen yang mengandung kalium menggunakan kalium juga akan dapat mencegah stroke.
Disarikan dan dialih bahasakan oleh WS Djaka Panungkas sari WebMD Medical News edisi 29 Agustus 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar