Penggunaan obat-obatan alternatip
didalam bentuk suplemen yang memiliki kandungan vitamin dan herbal telah sangat
populer diseluruh dunia. Memang ada beberapa hasil positip dari beberapa
suplemen tersebut yang pernah dipublikasikan. Akan tetapi, hal tersebut masih
sejauh mengenai manfaat dan keamanannya jika dikonsumsi secara tersendiri.
Namun belum sampai pada adanya kemungkinan tentang timbulnya masalah interaksi membahayakan
jika dipergunakan bersama dengan obat-obat lainnya.
Padahal, dalam berbagai survey
ternyata hampir 20 persen dari pasien-pasien yang sedang mengonsumsi
obat-obatan yang diperolehnya dari dokter ternyata juga memiliki kecenderungan
untuk menambahkan suplemen herbal pada obat-obat yang mereka konsumsi.
Persentase ini secara signifikan menjadi meningkat lebih tinggi lagi disaat
mereka menghadapi penyakit-penyakit yang serius.
Sedangkan hampir rata-rata pihak produsen suplemen
pada dasarnya cenderung untuk menyatakan bahwa produk mereka tersebut adalah produk “alami”, yang membuat hampir seluruh penggunanya beranggapan bahwa produk yang dipilihnya adalah produk yang aman dan tidak beresiko, hingga mereka cenderung menyimpulkan bahwa mereka-pun sudah tidak perlu lagi untuk memberitahukannya kepada dokter-dokter mereka mengenai bahwa mereka pada saat itu sedang mempergunakannya.
Selain hal tersebut, mereka-pun cenderung untuk memiliki anggapan bahwa dokter mereka pastinya sangat awam terhadap obat-obat alternatip yang sedang mereka gunakan. Akibatnya, mereka-pun menjadi segan untuk berterus terang kepada dokter-dokter mereka. Padahal, hal ini memiliki konsekuensi yang sangat negatif, karena belum tentu mengonsumsi obat dari dokter bersama suplemen-suplemen tersebut tidak akan sampai menghasilkan efek interaksi obat yang negatip.
Selain hal tersebut, mereka-pun cenderung untuk memiliki anggapan bahwa dokter mereka pastinya sangat awam terhadap obat-obat alternatip yang sedang mereka gunakan. Akibatnya, mereka-pun menjadi segan untuk berterus terang kepada dokter-dokter mereka. Padahal, hal ini memiliki konsekuensi yang sangat negatif, karena belum tentu mengonsumsi obat dari dokter bersama suplemen-suplemen tersebut tidak akan sampai menghasilkan efek interaksi obat yang negatip.
Padahal, The American
Society of Clinical Oncology melaporkan bahwa antara lain acai berries,
teh herbal tertentu, jinten, kunyit, serta bawang putih (yang dikonsumsi dalam
waktu yang lama) ternyata menimbulkan dampak buruk pada yang sedang menjalani kemoterapi,
akibat sifat yang dimilikinya yang melemahkan efek dari obat-obat kemoterapi serta
menimbulkan adanya keracunan, yang tidak jarang hingga menyebabkan adanya
kematian.
Memang, suplemen-suplemen
tersebut sebenarnya aman dan mungkin memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan, namn hal tersebut hanya jika kita mempergunakannya secara khusus, atau tersendiri. Akan tetapi, jika kita kombinasikan
dengan obat-obat yang dipergunakan untuk kemoterapi, suplemen-suplemen tersebut ternyata memiliki kemampuan untuk menimbulkan efek interaksi obat yang mematikan.
Demikian juga dengan suplemen-suplemen alamiah yang lainnya, seperti halnya dengan gingko biloba dan bawang putih yang juga ternyata akan menimbulkan interaksi yang negatif jika sampai dikonsumsi bersamaan aspirin. Sedangkan jahe, cranberry, dan ginseng menimbulkan
interaksi negatif jika sampai dipergunakan bersama warfarin yang merupakan obat
anti-pembekuan darah yang pada umumnya dipergunakan untuk mengatasi masalah-masalah jantung. Kemudian valerian yang memiliki sifat antidepresan yang “alami”, ternyata juga akan menimbulkan interaksi yang juga negatif jika sampai dipergunakan bersama dengan antidepresan lain, karena akan mengintensifkan efek anestesi. Selanjutnya Wort St
John suatu antidepresan yang juga "alami", terbukti akan membuat obat-obat
yang dipergunakan untuk menekan kinerja sistem kekebalan tubuh pada saat operasi transplantasi, akan menjadikan obat-obat tersebut menjadi tidak berfungsi.
Sedangkan bloodroot, hawthorn, serta teh hijau ternyata bisa meningkatkan
tekanan darah, jika saat meminumnya dilakukan bersama-sama dengan obat-obat anti hipertensi, dan sebagainya.
Bahkan ternyata meminum “energy drinks” bersama obat-obat yang diresepkan-pun telah dilaporkan banyak menghasilkan adanya efek-efek sampingan yang membahayakan.
Bahkan ternyata meminum “energy drinks” bersama obat-obat yang diresepkan-pun telah dilaporkan banyak menghasilkan adanya efek-efek sampingan yang membahayakan.
Walaupun demikian, informasi ini bukanlah
sesuatu yang diberikan dengan tujuan untuk mengecilkan atau memburukan citra suplemen-suplemen herbal kepada masyarakat luas, karena pada kenyataannya banyak suplemen-suplemen
herbal yang jika dipergunakannya secara tersendiri dan tidak digabung dengan
obat-obat yang diresepkan dokter, pada kenyataannya banyak yang memiliki manfaat yang sangat besar serta tidak
menimbulkan efek interaksi negatip.
Karena itu, sebaiknya jika
kita akan atau sedang mengonsumsi salah satu dari suplemen herbal yang ada
kemudian pergi kedokter juga, berterus teranglah kepada dokter tersebut bahwa
kita saat itu sedang mengonsumsi suplemen tertentu agar dia dapat mengambil
keputusan agar obat yang akan diberikannya tidak akan sampai menimbulkan interaksi
yang negatip dengan suplemen yang sedang dikonsumsi.
Kesimpulannya, sebenarnya kita sama
sekali tidak perlu harus sampai menghentikan penggunaan vitamin atau suplemen
herbal, tetapi disaat kita sedang mengonsumsi obat-obatan dari dokter atau baru
saja menjalani suatu perawatan medis atau operasi serius, berhentilah untuk mengonsumsinya
terlebih dahulu agar dapat menghindari terjadinya interaksi negatip, kecuali
jika dokter yang bersangkutan menyatakan bahwa vitamin atau suplemen tersebut cukup
aman untuk dikonsumsi saat itu.
Disarikan dan dialih bahasakan dari tulisan Juliette Siegfried, MPH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar